Mohon tunggu...
Ronald Pasir
Ronald Pasir Mohon Tunggu... Political Watch Dog. Never give up in fighting corruption and injustice.

Open minded, tall and brown skin. Love travelling, fishing and adventures. Interest in phillosophy, art, reading and writing. Motto: "Boleh patah semangat tapi jangan putus asa menyuarakan kebenaran. Menulis bukan untuk mencari kepopuleran tapi untuk menegakkan keadilan karena diam adalah bentuk pengkhianatan terhadap kemanusiaan"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perdamaian di Ujung Padang Pasir: Prospek Damai Israel-Hamas di Bawah Bayang Presiden Trump dan KTT Mesir.

14 Oktober 2025   10:38 Diperbarui: 14 Oktober 2025   10:38 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

---

2. Dari Abraham Accords ke Gaza Blueprint

Trump bukan sosok baru dalam isu Timur Tengah. Pada masa jabatan pertamanya (2017--2021), ia berhasil menandatangani Abraham Accords---perjanjian normalisasi antara Israel dan beberapa negara Arab seperti UEA, Bahrain, dan Maroko.

Namun, perjanjian itu gagal mengakhiri penderitaan warga Palestina. Ketika perang Gaza pecah pada 2024, banyak pihak menilai Abraham Accords hanyalah normalisasi ekonomi yang menyingkirkan isu Palestina dari meja diplomasi.

Kini, Trump mencoba memperbaikinya dengan "Gaza Blueprint," yaitu konsep yang menempatkan Gaza sebagai wilayah otonomi sementara di bawah pengawasan Mesir, dengan dukungan keamanan dari koalisi Arab dan pendanaan pembangunan dari AS.

Di atas kertas, ide ini terdengar menjanjikan: membuka lapangan kerja, menumbuhkan stabilitas, dan menekan ekstremisme. Namun, kritik datang dari berbagai pihak, termasuk The Guardian, yang menilai pendekatan ini "terlalu transaksional" dan mengabaikan hak politik warga Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri.

---

3. Luka Lama yang Belum Sembuh

Konflik Israel--Palestina telah berlangsung lebih dari tujuh dekade, dan setiap upaya perdamaian sering kandas di tembok ketidakpercayaan. Hamas masih menolak mengakui keberadaan negara Israel, sementara Israel tetap menolak pengakuan atas Palestina sebagai negara merdeka dengan batas wilayah 1967.

Laporan Human Rights Watch (Oktober 2025) menunjukkan bahwa selama perang Gaza 2024--2025, lebih dari 36.000 warga sipil tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Di pihak Israel, sekitar 1.200 orang juga kehilangan nyawa akibat serangan roket Hamas.

Dengan luka sedalam itu, KTT Mesir bukan sekadar forum diplomatik, tetapi ujian moral bagi semua pihak---apakah mereka benar-benar menginginkan perdamaian, atau sekadar mengelola konflik untuk kepentingan politik masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun