Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membangun Bangsa Tidak Harus Berpolitik

1 Maret 2019   04:30 Diperbarui: 1 Maret 2019   06:34 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari musim Pemilu selalu diramaikan slogan "Menjadi politikus karena Ingin membangun bangsa" atau "Hanya dengan cara masuk partai politik kita bisa membangun bangsa" dari para politikus peserta Pemilu. Slogan ini seakan menular menjadi paradigma masyarakat banyak.

Jika prinsip Anda mengatakan bahwa Anda ingin membangun bangsa melalui jalur Politik, itu memang sah-sah saja. Tetapi masuk ke dalam dunia Politik bukan satu-satunya jawaban untuk membangun Bangsa Indonesia.

Masyarakat banyak, khususnya generasi milenial, tidak seharusnya berpikir seperti itu, bahwa membangun Indonesia harus terlebih dulu masuk dunia Politik. Bahwa memperjuangkan hak-hak rakyat harus melalui jalur Politik, dan sebagainya.

Bangsa Indonesia adalah manusianya: Anda, saya dan kita semua masyarakat Indonesia. Sehingga membangun bangsa Indonesia berarti membangun diri kita sendiri.

Cita-cita membangun bangsa Indonesia adalah hal yang mulia, selama itu positif bagi seluruh masyarakat. Tetapi membangun bangsa besar ini tidak cukup hanya dengan Anda menjadi seorang Politikus. Seperti ungkapan "Cita-cita boleh setinggi langit, namun kemampuan ada batasnya", membangun Indonesia membutuhkan kontribusi semua manusia Indonesia!

Satu-satunya alasan mengapa politikus tidak mampu berbuat banyak dengan misi membangun bangsa, adalah karena ia seorang Politikus.

Cita-cita seorang rakyat memiliki kemurnian tekad. Tetapi ketika ia masuk ke dalam dunia politik, saat itulah hatinya bercabang. Seorang Politikus tidak dapat lagi menjalankan pemikiran-pemikiran idealnya, mereka bahkan tidak dapat selalu menggunakan kejernihan logika lagi. Politik harus pertama kali tunduk kepada keputusan partai politik mereka, walau tidak sesuai dengan kehendak pribadi. Lalu kemudian mereka harus menghadapi lawan politik mereka.

Dan ketika Politikus menerima bayaran, baik dari partai atau karena jabatannya di pemerintahan, pada saat itulah motivasi, niat atau tekad "membangun bangsa"-nya dapat dipertanyakan. Karena profesi Politikus erat kaitannya dengan uang (dari rakyat) dan kekuasaan (atas rakyat). Jaman dulu disebutkan juga istilah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Apa yang dapat kita lakukan?

Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk Bangsa tanpa jabatan, dengan uang yang minim dan tanpa menjadi Politikus? Banyak!

Pertama, serendah apapun hidup Anda, doa yang tulus untuk kebaikan dan kemajuan bangsa sangatlah besar artinya.

Ke-dua, semua hal sederhana seperti tolong-menolong, bahu-membahu/gotong-royong, berkelakuan baik, jujur, sopan santun, tidak mendiskriminasi, tidak suka mengejek/menghina, tidak ada kepahitan hati, tidak mendendam dan segala hal baik lainnya.... juga sangat berarti bagi Bangsa kita.

Ini semua bukan hal sepele! Jika kita melakukan kebalikan dari semua hal baik di atas, maka dapat timbul kriminalitas, kekacauan, ketidak-damaian, ketakutan, perpecahan bahkan peperangan berskala nasional. Ini sama sekali tidak membangun.

Selanjutnya, perilaku kita dalam keseharian juga sangat menentukan tingkat kemajuan bangsa. Jika masih sulit mengantre, masih suka buang sampah ke kali atau ke jalan, suka tebar kebohongan, suka mengkritisi tidak jelas (baca: nyinyir), arogan, selalu mengomel/mengeluh, suka main hakim sendiri (persekusi), suka melanggar aturan lalu lintas, suka menuduh, dan lain sebagainya, itu semua sangat tidak bisa diharapkan untuk kemajuan bangsa.

Lalu jika Anda memiliki gagasan, suarakanlah gagasan Anda itu dengan sabar dan sikap siap dikritisi. Jika tidak di masa ini, jika  gagasan Anda benar bermanfaat bagi bangsa, seseorang akan merealisasikan gagasan Anda itu di masa yang akan datang. Gagasan itu banyak dan dari berbagai pemikiran orang lain. Maka kuncinya adalah memperjuangkan gagasan Anda dengan sabar dan tidak menganggap diri paling benar.

Pemikiran-pemikiran masyarakat yang terbuka dan berorientasi ke depan juga sangat bernilai bagi kemajuan bangsa. 

Gagasan Anda termasuk aspirasi masyarakat. Jika tidak didengar para politikus, itu bukan berarti Anda harus menggantikan posisi mereka.

Lalu ke tahap selanjutnya, apa keahlian Anda? Berdagang, menyupir, mengajar les, talenta seni, menjahit, memancing ikan, berolah-raga, berkebun? Apapun keahlian Anda, Anda sangat bisa membantu negeri ini dengan melakukan yang terbaik yang Anda mampu dalam pekerjaan Anda.

Benarkah? Tentu saja. Setiap Negara membutuhkan masyarakat yang bekerja dengan giat dan baik, hidup rukun, menghasilkan bagi diri sendiri dan keluarga dan bermanfaat bagi orang lain; dengan begitu negara akan mampu menjalankan fungsinya sebagai wadah bermasyarakat bagi kita semua. Jika Anda mampu, kejarlah berbagai prestasi dalam pekerjaan Anda; prestasi Anda menambah nilai bagi bangsa kita.

Memberikan yang terbaik yang Anda mampu dalam pekerjaan Anda juga bukan hal yang sepele bagi bangsa kita! Jika Anda tidak melakukan itu, justru Anda lah yang disebut sebagai 'beban' negara.

Jika Anda memiliki keahlian spesifik yang tidak semua orang miliki, itu tidak ada bedanya dengan masyarakat yang profesinya 'biasa-biasa' saja. Tetapi semakin besar kemampuan seseorang, semakin besar pula tanggung jawabnya. Kuncinya adalah apakah Anda memanfaatkan keahlian Anda itu untuk bangsa atau untuk keuntungan diri sendiri.

Seorang dokter tidak boleh menyelamatkan nyawa pasien demi uang. Begitu juga dengan para guru sekolah, tidak boleh bekerja mencerdaskan murid-muridnya demi uang. Kedua profesi tersebut menyangkut Hak Asasi Manusia; pendidikan dan kesehatan. Dalam rangka membangun bangsa, kedua profesi tersebut haruslah berdasarkan panggilan jiwa untuk melayani, bukan bisnis.

Seorang Pilot tidak boleh sembarangan mengendalikan pesawat terbang, karena jika terjadi kecelakaan, satu dunia ini yang menyoroti kecakapan bangsa Indonesia menjaga keselamatan manusia. Sama halnya dengan supir truk atau bis.

Seorang programmer tidak hanya mampu menciptakan virus komputer, tetapi adalah lebih baik jika ia bisa membuat penangkal virus juga.

Jika Anda seorang jurnalis, turutlah mencerdaskan bangsa dengan sajian berita yang bermutu, tidak hanya yang menarik.

Dan sebagainya.

**

Bangsa Indonesia adalah manusianya: Anda, saya dan kita semua masyarakat Indonesia. Sehingga membangun bangsa Indonesia berarti membangun diri kita sendiri.

Siapapun Anda, apapun profesi Anda, Anda bisa turut berperan serta membangun bangsa yang kita cintai ini. Tidak perlu masuk dunia politik dan menjadi pejabat untuk membangun bangsa. Selama Anda memberikan yang terbaik yang Anda mampu dalam kehidupan pribadi, keluarga, kehidupan bermasyarakat dan dalam dunia pekerjaan, itu sudah cukup berarti bagi bangsa.

Justru di dunia politiklah perjuangan membangun bangsa Indonesia sering terhenti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun