Mohon tunggu...
Ronald SumualPasir
Ronald SumualPasir Mohon Tunggu... Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Graduated from Boston University. Tall and brown skin. Love fishing, travelling and adventures.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

KDM: Untuk Memberantas Korupsi Rakyat Harus Ikut Diganti?

18 Agustus 2025   07:51 Diperbarui: 18 Agustus 2025   07:51 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apakah Rakyat juga Bersalah dalam Budaya Korupsi?

Kritik terhadap Pandangan Kang Dedi Mulyadi

Pendahuluan

Korupsi telah lama menjadi luka terbuka bangsa Indonesia. Dari masa Orde Baru hingga reformasi, praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) terus menggerogoti fondasi kehidupan berbangsa. Tidak heran jika masyarakat hampir selalu menuding pejabat publik sebagai biang kerok persoalan. Setiap kali terjadi kasus korupsi besar, publik segera bereaksi dengan tuntutan keras: "Tangkap dan gantikan pejabat yang tidak bersih!"

Namun dalam sebuah forum pemberantasan korupsi, Kang Dedi Mulyadi (KDM)---politisi yang dikenal nyentrik, kritis, sekaligus dekat dengan rakyat---menyampaikan pandangan yang cukup mengejutkan. Menurutnya, pejabat memang harus bersih, tetapi persoalan tidak akan selesai jika rakyatnya tidak ikut berubah. KDM mencontohkan, ada kontraktor yang kalah tender lalu melapor ke KPK, tetapi kalau menang tender, diam saja. Ada juga LSM atau ormas yang datang kepada bupati/kepala desa untuk meminta uang, dan jika tidak diberi, mereka mencari-cari kesalahan.

Seolah KDM ingin mengatakan: pejabat memang salah, tetapi rakyat pun tidak sepenuhnya benar.

Pernyataan ini memicu perdebatan. Apakah benar rakyat ikut bertanggung jawab atas maraknya korupsi? Ataukah pandangan ini justru berpotensi menyalahkan korban (victim blaming)?

Antitesis ala KDM: Menyalahkan Rakyat?

Jika ditarik ke ranah filsafat politik, apa yang dilakukan KDM bisa disebut sebagai antitesis.
*Tesis umum: pejabat publik adalah sumber utama korupsi.
*Antitesis KDM: rakyat juga ikut andil, bahkan sering menjadi pemicu kompromi pejabat.

Namun, pandangan ini berhenti pada tahap antitesis. Ia belum menawarkan sintesis berupa jalan keluar komprehensif yang menjelaskan bagaimana memperbaiki pejabat sekaligus rakyat.

Dalam logika KDM, praktik-praktik rakyat yang "nakal" mendorong pejabat tergelincir ke dalam korupsi. Tetapi masalahnya, relasi kuasa antara pejabat dan rakyat tidaklah simetris. Pejabat memiliki akses pada anggaran, regulasi, dan wewenang, sementara rakyat hanya berperan sebagai pihak yang bergantung atau bahkan sebagai "pencari kesempatan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun