Tanah Kanaan, Mitologi, dan Politik: Mengapa Arkeologi Membantah Klaim Netanyahu?
Oleh: Ronald Sumual Pasir
Bayangkan jika seseorang datang ke rumah Anda, lalu berkata: "Lepaskan tanah ini, karena 3000 tahun lalu leluhur saya pernah tinggal di sini." Anda mungkin akan tertawa. Tapi itulah yang hari ini menjadi salah satu argumen politik paling berdarah di dunia modern: klaim atas tanah Palestina atas nama sejarah, agama, dan genetika.
Dan yang paling vokal menyuarakan ini adalah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Ia berkali-kali menyatakan bahwa orang Yahudi berhak atas tanah Palestina karena mereka adalah "keturunan langsung bangsa Israel kuno yang tinggal di Tanah Kanaan."
Tapi pertanyaannya: benarkah klaim itu? Apakah ada bukti arkeologis dan genetika yang mendukung bahwa orang Yahudi modern, terutama kelompok Ashkenazi (yang paling dominan di Israel saat ini), adalah keturunan langsung bangsa Ibrani kuno?
Jawabannya, jika Anda percaya pada sains dan bukan mitologi politik, adalah: tidak sepenuhnya benar, bahkan banyak yang salah.
Sejarah dan Arkeologi: Antara Fakta dan Fiksi Alkitabiah
Para arkeolog terkemuka seperti Israel Finkelstein dan Neil Asher Silberman, dalam buku mereka The Bible Unearthed, mengungkap temuan yang mengejutkan:
"Tidak ada bukti arkeologis kuat bahwa eksodus Musa dari Mesir, penaklukan Kanaan oleh Yosua, atau kerajaan megah Daud dan Salomo pernah terjadi sebagaimana dikisahkan dalam Alkitab."
Dengan kata lain, narasi "orang Israel kuno menaklukkan Tanah Kanaan" lebih merupakan mitos nasionalistik yang ditulis ratusan tahun setelahnya. Faktanya, banyak arkeolog menemukan bahwa bangsa Israel kuno berasal dari populasi asli Kanaan sendiri, bukan bangsa asing yang datang dari Mesir.
Lebih mengejutkan lagi, Yerusalem zaman Raja Daud kemungkinan hanyalah desa berbenteng kecil. Jauh dari ibu kota kerajaan megah seperti yang dibayangkan dalam film atau kitab suci.