Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Efek Serangan Virus Hoaks dalam Pandemi Covid-19

20 Maret 2020   17:23 Diperbarui: 20 Maret 2020   17:46 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Beberapa bulan belakangan ini, terjangan wabah Corona atau Covid19 membuat masyarakat dunia tersentak. Pemerintah diberbagai negara mau tidak mau harus melakukan upaya agar negara mereka sebisa mungkin jangan terpapar. 

Dan ketika Indonesia masih tenang-tenang saja-karena belum ditemukannya korban-hal ini memicu keheranan lembaga kesehatan dunia(WHO) serta beberapa pandangan luar yang menyimpulkan, Indonesia tidak mempunyai alat pendeteksi kelas wahid. Mereka yakin, sebenarnya sudah ada korban, tapi tidak terdeteksi atau tidak mau dideteksi. 

Ketika korban pertama menjadi kenyataan dengan domisili di Depok, gegerlah publik kita. Kemudian korban selanjutnya betebaran di berbagai wilayah di Indonesia, diantaranya di kota saya-Solo.

Disinilah sengatan itu mulai terasa. Pemerintah segera menyiapkan perangkatnya-walau diakui belum sempurna-tapi upaya ini patut diapresiasi. Pusat membuat beberapa kebijakan agar wabah ini bisa diminimalisir supaya korban jangan kian berjatuhan. Beberapa lembaga keagamaan, seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Dewan Masjid Indonesia, MUI berupaya membantu pemerintah dengan mengeluarkan fatwa. Isinya sebenarnya bisa dikatakan senapas dengan Social Distancing(pembatasan sosial).

Sayangnya ditengah upaya itu, ada gerombolan manusia atau individu-yang entah apa motifnya-menebar berita bohong berkaitan dengan convid19. Ingin tenar dengan menumpangi wabah Corona. Mereka melakukan penetrasi di berbagai Media sosial, yang kemudian di posting ulang. Hoak mereka beragam, bisa Satire, misleading content(konten menyesatkan), imposter content(konten tiruan), fabricated content(konten palsu), false connection, false context(konteks keliru), manipulated content(konten manipulasi).


Apakah memang si pembuat hoaks paham kalau masalah literasi masyarakat kita masih rendah sehingga banyak sekali hoak yang mereka lemparkan sukses menjungkirbalikkan nalar serta daya kritis.

Dampak dari hoaks bisa kita lihat, hand sanitizer, masker, hilang dari peredaran. Jika ada harganya tidak masuk akal. Masa' masker satu kotak isi 50 lembar sampai dihargai Rp.300 ribu, bahkan seorang publik figur sampai membeli via online dengan harga 2 juta rupiah. Harga empon-empon naik secara sadis. Kemudian sifat egois muncul, menimbun kebutuhan pokok menjadi aksi selanjutnya.

Di antara berita menyesatkan-hoaks kelas kambing, contohnya adalah postingan yang saya dapatkan di WAG. Judul dan Isinya sebagai berikut:

Sepertinya ada yang Keliru...??

"Di negeri asalnya covid19 China, para kafirin komunis beramai-ramai mendatangi masjid dan belajar berwudlu hingga mengikuti sholat berjamaah...

Namun di negara mayoritas muslim justru sebaliknya...??? Mereka beramai-ramai menggaungkan phobia dengan masjid. Seakan-akan masjid sebagai sumber penularan penyakit covid19...??

Lalu apakah mall.. Lift sarana umum.. Gereja.. Wihara.. Temple.. Klenteng "lebih aman" daripada masjid...??

(kok pengurus Gereja, wihara dan pura/Klenteng itu nggak pernah menghimbau dan melarang warganya untuk beribadah disana). Padahal disana mereka tidak pernah berwudlu...??

Ada apa ini dan pikiran siapa yang mengajak demikian???
Hingga umat Islam lupa bahwa masjid adalah tempat yang paling aman untuk berlindung dari segala bencana...??
Mengapa umat Islam tidak mengaungkan himbauan "selalu" menjaga wudlu dan sholat berjama'ah...??


Wallahu a'lam bish showab..
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjaga dan memberi petunjuk kepada umat Islam dari segala kekeliruannya...
Aamiiin...
Yaa Robbal 'Aalamiin.

Ayo Makmurkan masjid dan galakkan gerakan sholat berjama'ah untuk minta pertolongan Allah...!!
(Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu...!!)

Saya mencoba menelusuri via Google search dengan beberapa kalimat kunci. Penelusuran saya diarahkan ke portal media detik.com. Ternyata, postingan itu hasil cuitan seorang mantan panglima TNI, Gatot Nurmantyo.

Dari sini saya berpikir, ada apa dengan mantan Jendral ini? Cari panggung dengan mendompleng covid19?
Di cuitan itu ada kalimat yang menyesatkan. Jelas sekali bertentangan dengan kebijakan pemerintah serta Dewan Masjid Indonesia.

Padahal tidak ada tokoh yang menggaungkan phobia dengan masjid. Itu hanya asumsi pak Gatot. Dia salah menafsirkan social distancing. Kalau membaca himbauan beberapa tokoh agama, bagi yang merasa sakit walaupun ringan seperti batuk pilek dihimbau tidak sholat dulu di masjid. Dianjurkan melakukan di rumah saja. Itu yang benar. Kemudian, dalam kondisi pandemic yang penetrasinya cukup berbahaya, segala tindakan yang bisa menimbulkan ancaman terhadap orang lain, sebaiknya dihindari.

Apa pak Gatot Nurmantyo belum pernah mendengar kisah Khalifah Umar bin Khattab ra dalam menyikapi wabah. Kisah ini cukup terkenal dan sering banget dijadikan bahan khotbah atau pengajian di kampung-kampung.

Dikisahkan, suatu ketika Umar bin Khattab bersama rombongannya melakukan perjalanan ke Syam. Sampai diperbatasan wilayah, beliau menghentikan rombongannya karena mendengar negeri Syam baru dilanda wabah Tha'un Amwas, yaitu sebuah penyakit menular berupa benjolan diseluruh tubuh yang jika sampai pecah akan mengakibatkan pendarahan.

Mendengar Umar berhenti diperbatasan, gubernur Syam saat itu, Abu Ubaidah bin Al Jarrah mendatangi beliau dan mengajak untuk masuk ke wilayahnya. Umar meminta pendapat kaum Muhajirin, Anshar serta orang-orang fathu Makkah. Mereka berdebat mengakibatkan silang pendapat. Umar tahu, kalau mereka masuk dikhawatirkan akan terjangkit wabah tersebut. Bahkan sang gubernur mengatakan,"Hai Umar, mengapa engkau lari dari takdir Allah SWT?"

Umar yang cerdas menjawab dengan analogi,"Jika kamu mempunyai kambing. Dan saat itu ada dua wilayah penggembalaan yang berbeda kondisi. Satu, sangat subur dengan rimbunan rumput dengan mata air adalah takdir Allah , lainnya kering tandus tanpa ada yang bisa dimakan ternak adalah takdir Allah juga".

Umar melanjutkan,"Sesungguhnya dengan tidak masuk Syam dan kami pulang hanya berpindah dari takdir satu ke takdir lainnya"

Abdurrahman bin Auf yang menjadi bagian dari rombongan menguatkan pendapat Umar dengan mengutip hadist Rasulullah SAW,"Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya (HR.Bukhori & Muslim)

Akhirnya rombongan itu pulang ke Madinah. Wabah yang melanda Syam memakan korban meninggal 20 ribu orang, bahkan Abu Ubaidah (gubernur) beserta sahabat-sahabat mulia lainnya meninggal. 

Ditangan penggantinya, Amr bin Ash, wabah itu berhasil dihentikan berkat kecerdasan beliau. Beliau berpendapat bahwa wabah itu mirip kobaran api. Jaga jaraklah dengan cara berpencar mencari tempat jauh agar kobaran itu tidak menemukan bahan.

Maka penduduk Syam berpencar-pencar menempati gunung-gunung. Akhirnya, wabah itupun padam karena tidak ada orang yang disusupi.

Apa yang dilakukan Amr bin Ash mirip dengan social distancing. Diantaranya menghindari kontak atau kerumunan orang.

Jadi, pak Gatot, janganlah membuat gaduh dengan mengeluarkan statement yang asal ketik. Karena hal itu malah membuat pro kontra hingga keresahan menyusup ketengah masyarakat.

Bikinlah postingan yang bikin adem publik dan ikuti anjuran pemerintah serta jangan lupa berdoa kepada Allah SWT agar wabah ini bisa diangkat dari belahan bumi manapun.[Selesai]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun