Entah bagaimana, benak saya hari-hari belakangan ini diberondong kalimat,"I love the blue of Indonesia". Memori saya sepertinya dikelupas oleh kekuatan diluar diri untuk menyelami kembali tatahan kata-kata itu. Ya, kalimat tersebut tersampir menjadi lirik pada sebuah jingle iklan rokok Bentoel-made in Indonesia. Saya tekankan, saya BUKAN perokok. Jadi tidak ada maksud untuk kampanye rokok-apalagi untuk brand tersebut.
Di ketahui, iklan-dengan beberapa versi- yang ditayangkan tahun 1990-an memuat mozaik alam Khatulistiwa dengan berbagai adat budaya. Ini menarik.
Melihat sekaligus mendengar produk iklan bersama untaian kalimat yang dinyanyikan oleh Andy Williams 25-an tahun yang lalu itu menjadi bahan perenungan mendalam akan kilatan-kilatan peristiwa yang telah menemani perjalanan bangsa ini-juga saya.
I love the blue of Indonesia kalau diterjemahkan hanyalah 'aku cinta biru Indonesia'. Sederhana memang, bahkan andai 3 kata 'the blue of' dihilangkan malah kalimat itu familiar banget-I Love Indonesia. Tercetak di segala jenis media: kaos, tembok, kaleng cat, jas hujan, topi, stiker, dan masih banyak lagi.
Bicara Indonesia adalah bicara tentang dinamika perjalanan bangsa dan negara.
Kita buka kitab sejarah berdirinya republik ini: Gemuruh penderitaan merayap pada setiap masa tatkala cengkeraman bangsa imperialis berhasil melakukan kolonialisasi. Luka mendalam tergores dibumi pertiwi. Puluhan anak bangsa yang lahir dari rahimnya tersengat, tersinggung oleh perlakuan para petualang dari seberang lautan. Mereka ingin tancapkan kata, "Merdeka!"-lepas dari cengkeraman kaum pencoleng. Bahu membahu mengangkat senjata-apapun bentuknya-mengasahnya agar tajam guna membelah ketertiduran sesama anak bangsa yang "lelap terlalu lama".
Kolaborasi antara diplomasi dengan lontaran granat hingga muntahan peluru memberikan peringatan sekaligus shock terapy kepada penjajah serta dunia internasional bahwa republik Indonesia masih berdiri tegak. Semangat Sumpah Pemuda '28 terpahat mengalir diurat dada, berdentum,
"Kami putra dan putri Indonesia, bertanah air satu, tanah air Indonesia-berbangsa satu, bangsa Indonesia-Berbahasa satu, bahasa persatuan Indonesia"
Indonesia negara besar. Besar dalam cakupan: besar negaranya-wilayah-penduduk-adat budaya-potensi yang terkandung disetiap lini-hingga besar konfliknya. Oleh karena itu, merawat Indonesia merupakan tugas wajib bagi anak- anak bangsa serta pondasi paling utama agar republik ini terus berkibar. Kesadaran itu harus selalu dipupuk agar keberlangsungan pemerintahan negeri ini berkesinambungan.
Angka 73 tahun bukan angka kecil. Jika di sandingkan umur manusia periode tersebut telah melampaui periode emas.
Tapi itu belumlah cukup sebagai parameter. Ribuan peristiwa mengapung menjadi batu uji buat kedewasaan dan ketangguhan anak-anak bangsa agar mampu menerjemahkan kandungan dari setiap jejaknya.