Kedua, sebagai orang beragama, kematian akibat bencana alam membangunkan kadar keimanan. Saya takjub, seorang teman yang selama ini tidak pernah pergi ke gereja setiap Minggu, tiba-tiba menuliskan doa, dengan kata-kata indah untuk korban bencana dan keluarga yang ditinggalkan. Meski, saya tahu indikator keimanan bukan hanya kata-kata, tetapi, paling sedikit, ia sejenak mengingat, ada Tuhan yang mengatur keseimbangan hidup ini. Mengakui Tuhan berarti mengakui nilai-nilai kemanusiaan universal.
Ketiga, bencana alam diupayakan berdampak perbaikan perilaku terhadap alam. Kepekaan ekologis mesti diindahkan. Ekosistem alam semakin dijaga. Minimal, cukup sudah buang sampah di sembarang tempat-apalagi di laut.
Keempat, ini terakhir, kesampingkan alam sebagai penyebab. Utamakan evaluasi di setiap garis lini. Seperti dalam tenggelamnya KRI Nanggala-402, mungkinkah identifikasi dan investigas dilakukan. Bukan untuk mencari siapa yang salah, tetapi menemukan solusi yang tepat demi bangsa yang kuat dengan alutsista yang andal. Jangan sampai, anggaran pertahanan terus naik tak sebanding dengan persenjataan yang tambal sulam.
Mari, kita "merayakan" bencana hingga mengamalkan empat makna di atas.