Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengayak Makna WNA dalam Filsafat

20 Januari 2021   12:22 Diperbarui: 20 Januari 2021   19:10 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turis asing di sawah berundak Ubud, Bali (Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf via Kompas.com)

Dengan kata lain, jika karakter di atas terbangun dalam sebuah masyarakat/negara, maka tidak ada tuan rumah. Mungkin tidak ada tamu/orang asing. Sebab, kemurnian perbedaan tuan rumah dan tamu/orang asing hanya keterikatan dan kepatuhan pada aturan-aturan keterlibatan bersama, serta demi kesejahteraan sosial.

Cuitan Kristen Gray (KG), bule Amerika yang viral gegara menyakiti kepribadian tuan rumah (orang Indonesia) dan melanggar aturan keimigrasian RI sontak menghembus isu 'keistimewaan' orang asing/WNA untuk berkunjung/hidup di Tanah Air.

Tangkapan Layar Kristen Gray dan Cuitannya. Foto via TRIBUNNEWS.COM
Tangkapan Layar Kristen Gray dan Cuitannya. Foto via TRIBUNNEWS.COM
Baik WNI (Warga Negara Indonesia) maupun WNA (Warga Negara Asing) adalah identitas administratif. Keduanya, sama-sama penghuni kolong langit. Penduduk bumi. Berdiam di 'polis' (kota) bersama bernama dunia. Tidak ada tuan rumah dan orang asing sejati dalam planet ke-3 ini.

Akhirnya, beberapa catatan perlu disampaikan. Pertama, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Butuh kepatuhan terhadap norma yang berlaku di mana pun berada.

Kedua, pemerintah, terkhusus pihak keimigrasian RI harus bertindak seperti anjing yang galak. Hukum ditegakkan. Berani membedakan tuan rumah dan tamu/orang asing. Sekalipun, kadang-kadang, tuan rumah justru menjadi tamu/orang asing. Sebaliknya, tamu/orang asing menjadi tuan rumah yang sesungguhnya.

Ketiga, ketakadilan hukum cenderung menghasilkan narasi-narasi identitas. WNA yang merasa diri diistimewakan di Tanah Air, bisa jadi akibat dari praktik hukum yang korup.

Keempat, ini terakhir, keramahtamahan (xenia) adalah jembatan terkuat, yang menyatukan hubungan tuan rumah dan tamu/orang asing, sebelum kepatuhan, untuk secara bersama-sama menaati hukum, demi kebaikan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun