Mohon tunggu...
Rolyta Alhanifa
Rolyta Alhanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Raden Intan Lampung

Celoteh bersajak; Aku tidak pandai untuk berkata-kata. namun, Menulis adalah caraku dalam menggoreskan rasa bersama diksi dalam bait-bait kehidupan pada selembar daluang aksara yang menjadikan lencana karya yang abadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Glory of The Snow

5 Mei 2023   09:37 Diperbarui: 5 Mei 2023   09:56 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Napasku terlihat seperti kepulan asap putih saat angin tahunan membeku. Dinginnya suhu semakin terasa ketika memasuki senja. Tak sengaja aku berpapasan dengan seorang perempuan tunawisma misterius disudut bangunan tua ditengah kota. Ia memakai sebuah gaun bernuansa kuno berwarna tiffany blue dengan rambut blonde khas sebahu. Aku bergegas melanjutkan langkahku dan tak begitu memperhatikannya.

 "Gladiola Blume" bisiknya, dua mata koin terjatuh berdenting menemui kaleng berkarat dihadapannya. Suara dentingan itu terasa sekali seperti masuk menemui gendang telingaku. Aku tak ingin berpikir tentang apapun, kunaikkan kerah parka yang kukenakan karena merasa suasana menjadi berbeda. Salju pun turun untuk pertama kalinya diakhir tahun ini. Dipersimpangan jalan kecil, anjing berjenis buldog siap menyalak, aku dengan cepat melempar sebuah sosis yang telahku siapkan sebelumnya. Aku ingin cepat sampai kerumah dan merebahkan lelah hari ini.

Baru selangkah maju. Aku mendengar  suara lonceng yang biasa ada di pintu-pintu utama sebuah toko.  Suara ramai seperti pengunjung toko yang keluar-masuk. Dimana aku? Trotoar kecil yang biasa aku lalui begitu cepat menghilang juga dengan anjing yang menyalak tadi.

Tubuhku terdorong oleh pengunjung toko hingga masuk, aku melihat seantero toko yang bernuansa klasik berhiaskan ukiran batako merah tertuliskan "The RiuStore Chocolate". Toko penjual coklat anggapku. Para pengunjung yang ramai masuk tadi tidak terlihat satu pun, sepi dan sunyi. Tiba-tiba datanglah satu pelayan mengenakan apron putih berenda menyiapkan segelas coklat hangat dan mempersilahkanku meminum segera coklat yang terhidang diatas meja bersama bunga Glory muda.

Aku memejamkan mata ketika menghirup aroma khas coklat.
Satu tegukan, aku merasakan kedamaian. Tegukan kedua kalinya , aku ingin memaafkan semua orang yang telah menyakitiku, melepaskan segala kecamuk didalam dada.  Semua melepas membentuk kepingan bunga, lalu terbang menjauh dari hidupku; inginku.

"Anne!" seseorang memanggilku. Aku mencari sumber suara dari toko itu, dan berhenti pada bunga glory . Aku bertanya-tanya bagaimana mungkin sekuntum bunga bisa bicara.

Ketika aku mendekatinya untuk memastikan apa benar bunga ini yang memanggilku. Aku merasa tenang tidak ada suara yang keluar seperti yang ku khawatirkan.

Namun, dikaca toko aku melihat bayanganku sendiri, masih dengan parka yang ku kenakan namun sangat terlihat manakutkan.

"Anne!!"

Ternyata yang memanggil adalah bayangan diriku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun