Mohon tunggu...
Rokyal Aini
Rokyal Aini Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadan Bulan Madrasah

3 Juni 2017   21:45 Diperbarui: 3 Juni 2017   22:08 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ramadan adalah bulan madrasah. Allah memerintahkan orang-ornag beriman untuk berpuasa. Tujuan akhirnya adalah agar mereka bertakwa.

Ada berbagai pendekatan untuk melihat konsepsi takwa. Ada yang mendasar, menegah, dan tinggi. Bahkan, ada tahapan sangat luar biasa yang diharapkan bisa menjadi tujuan akhir kehidupan. Hal yang paling mendasar dari takwa itu rumusannya sederhana, menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarang.

Lalu ada ynag lebih tinggi dari itu, yaitu meninggaakn apa-apa yang boleh karenakhawatir bisa jatuh pada sesuatu yang tidak boleh. Kalau yang pertama urusannya halal-haram, yang selanjtnya itu urusannya pantas atau tidak pantas. Jadi, yang pertama itu terkait hal-hal legal formal, yaitu apa yang boleh dalam kehidupan. Ini dianataranya berkaitan dengan makanan dan prilaku. Yang berikutnya adalah meninggalakan hal-hal yang sebenarnya boleh. Penyebabnya adalah melebihi kewajaran. Kalau dikerjakan juga, dikhawatirkan membawa pada sesuatu yang tidak baik. Dari perspektif ini, terlihat bahwa takwa bukan esuatu yang statis. Ada proses, gerak, dan ihtiar, disitu. Ramadan diharapkan menjadi madrasah ketakwaan. Ini adalah momentum untuk mencapai ketakwaan.

Pada saat yang sama, ramadan berarti proses penngkatan kualitas diri kita. Ini adalah madrasah spiritual bagi seorang muslim. Kalau bersungguh-sungguh, kita bisa menghayati bagaimana memandang kehidupan ini tidak hanya boleh, tapi juga aspek etika apa yang pantas dan tidak pantas.

Saya pikir kalau mampu mengintegrasikan dua perspektif ini lalau merangkumnya dalam kehidupan, kita akan bisa menjadi manusia yang lebih baik. Upaya untuk mengitegrasikan dua perpektif ini akan sangat baik apabila dimulai pada bulan ramadan.

Ada banyak ilustrasi ramadan untuk kita memahaminya. Bagaimana kita belajar untuk menjadi orang yang lebih baik. Bagaimana kita mamapu juga bersikap yang lebih tepat sebagai seorang muslim. Pada akirnya takwa adalah akhir dari ramadan dan tujuan puasa kita. Takwa merangkum keseluruhan perspektif yang ada, baik halal-haram maupun pantas atau tidak pantas.

Saru hal yang perlu disadari adalah bahwa ketika bicara pendidikan, kita tidak anya menjelaskan soal aspek kognitif atau pengetahuan, tapi juga aspek penghayatan dan pengalaman. Semua itu bisa dipelajari selama ramdhan. Puasa tidak hanya pengetahuan tentang upaya spiritual mendekati diri kepada Allah, tapi juga penghayatan dan pengalaman.

Karena kalau pengetahuan tanpa diiringi penghayatan dan pengalaman, seperti Rasulullah SAW katakan, ‘ Kamin shaimn laisa lahu min shiyamihi illal ju’wal athosy.’ Artinya, berapa banyak orang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan haus.

Orang yang berpuasa seperti ini tidak mendapatkan penghayatan dan pengalaman. Dia gagal dalam proses belajar pada bulan suci. Maka, mari kita maknai secara utuh Ramadan sebagai medium pembelajaran untuk bisa hidup dengan cara dan sikap yang lebih tepat sebagai hamba melalaui perintah llah SWT. Mari kita laksanakan yang sudah ditetapkan Allah dan menjauhi apa yang sudah dilarang. Mari kita letakkan standar etika sebagai sesuatu yang penting dalam hidup kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun