Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga momen berbagi dan mempererat hubungan sosial. Salah satu tradisi yang semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir adalah memberikan hampers, paket hadiah berisi makanan, kue, atau barang lainnya yang dikemas dengan cantik. Awalnya, hampers lebih banyak diberikan kepada keluarga atau kolega kerja, tetapi kini, ada satu tren unik yang mulai muncul: hampers untuk calon mertua.
Memberi hampers saat Ramadhan memang bukan hal baru. Tradisi berbagi ini lahir dari semangat kepedulian dan kasih sayang, di mana seseorang ingin berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat. Dalam Islam, berbagi rezeki, terutama kepada keluarga dan orang lain, sangat dianjurkan. Allah berfirman:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
Artinya: Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali 'Imran: 92)
Ayat ini mengajarkan bahwa berbagi adalah wujud dari kebajikan, terutama jika dilakukan dengan hati yang ikhlas. Maka, memberi hampers bukan sekadar tren, tetapi bisa menjadi wujud dari kepedulian yang dianjurkan dalam Islam.
Menghadiahkan sesuatu kepada calon mertua saat Ramadhan bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang memahami apa yang mereka butuhkan dan sukai. Rasulullah bersabda:
"Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai." (HR. Al-Bukhari)
Hadiah bisa menjadi cara untuk mempererat hubungan dan menciptakan rasa kasih sayang. Namun, seni memberi bukan hanya soal barangnya, tetapi juga tentang bagaimana pemberian itu mencerminkan perhatian dan keikhlasan. Salah memilih hampers bisa membuat kesan kurang maksimal. Misalnya, jika calon mertua lebih suka makanan tradisional, tetapi hampers yang diberikan justru berisi camilan kekinian, maka pesan personalnya bisa berkurang.
Bagi sebagian orang, memberikan hampers kepada calon mertua juga bisa menjadi dilema. Apakah ini sekadar formalitas atau ada harapan lebih dalam, seperti mendapatkan restu lebih cepat? Ada pula yang khawatir jika tidak memberi hampers, kesan yang terbentuk justru kurang baik.
Pada akhirnya, Ramadhan mengajarkan kita tentang ketulusan dan kesederhanaan. Hampers memang bisa menjadi simbol kepedulian, tetapi yang lebih penting adalah niat di baliknya. Tidak harus mahal atau mewah, yang utama adalah pemberian itu tulus dan mencerminkan perhatian yang nyata.
Rasulullah bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ». رواه مسلم
Artinya: Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tidak pula kepada harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian. (HR. Muslim)
Jika ingin memberi hampers kepada calon mertua, alangkah baiknya jika disertai dengan komunikasi yang hangat, doa yang tulus, dan sikap yang baik. Sebab, lebih dari sekadar bingkisan, calon mertua tentu lebih melihat kepribadian dan akhlak orang yang kelak akan menjadi bagian dari keluarga mereka.
Jadi, apakah hampers untuk calon mertua itu perlu? Jawabannya tergantung pada niat dan konteksnya. Jika dilakukan dengan tulus dan tidak berlebihan, itu bisa menjadi cara indah untuk mempererat hubungan. Namun, jika sekadar formalitas tanpa makna, mungkin lebih baik fokus pada hal-hal yang lebih substansial dalam membangun hubungan baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI