Mohon tunggu...
M Iman Faturohman
M Iman Faturohman Mohon Tunggu... Guru - Guru SMKN 1 Kadipaten

Memiliki channel aktif di YouTube: fpif tutorial

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Amburadulnya Sistem Manajemen Pendidikan

29 Februari 2020   20:21 Diperbarui: 29 Februari 2020   20:27 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagaimana perasaan anda jika menjadi seorang pengajar yang sudah mengabdi 10 tahun ke atas, tak kunjung diangkat jadi PNS?

Bagaimana perasaan anda jika posisi anda sebagai seorang tenaga honorer hak anda mampet lebih dari 1 bulan?

Bagaimana perasaan anda ketika di area top manajemen saling melempar tanggung jawab dalam urusan tupoksi yang diemban?

Bagaimana perasaan anda ketika dalam satu dasawarsa akselerasi peralatan praktek siswa, jumud membeku bak es batu?

Dari pertanyaan-pertanyaan di atas, yang perlu digaris bawahi adalah manajemen SDM seperti apa yang dipakai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

Sekolah negeri yang berada di kawasan selum, bahkan semi  pinggiran kota masih saja menekan kesejahteraan guru dan karyawan dengan sistem pending hak yang semestinya diterima setiap bulannya.

Lebih mirisnya lagi dalam satu dasawarsa tidak ada akselerasi dalam pemenuhan peralatan praktek siswa. Yang notabene peralatan tersebut sebagai ruh dari ranah konatif siswa. Bahkan yang paling fatalnya lagi saling melempar tanggung jawab dan mencari kambing hitam akan problema tersebut.

Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.

Manajemen SDM membutuhkan pegawai yang bisa menunjang sebuah organisasinya. Divisi SDM yang ada di sebuah sekolah negeri seharusnya banyak belajar dari manajemen perusahaan Unilever, Indofood, dan Google. Guru honorer di sekolah negeri hendaknya jangan dijadikan tenaga sukwan yang nasibnya kebetulan lebih enjoy sedikit dari tenaga romusha dan rodi di era penjajahan.

Sekolah negeri ternama seharusnya sudah memiliki manajemen yang sudah lebih baik lagi dengan manajemen SDM yang mumpuni dan peralatan praktek siswa yang up to date dan berkualitas. Saya pribadi berani meyuarakan perwakilan teman-teman yang terombang-ambing statusnya dengan sistem penggajian yang suka tersendat sendat dan pengangkatan PNS yang kunjung lambat.

Semoga pembuat kebijakan di sekolah kami dapat mempertimbangkan dan mencari solusi yang terbaik karena pekerjaan harus didukung dengan rasa kenyamanan dan mendapatkan kemakmuran, serta kompetensi siswapun di ranah konatif harus senantiasa meningkat setiap tahunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun