Selama ini, sekolah sering dianggap sebagai satu-satunya tempat memperoleh pendidikan. Mulai dari usia dini hingga dewasa, mayoritas orang menjalani sistem pendidikan formal yang telah ditetapkan negara. Namun, semakin berkembangnya zaman, muncul pertanyaan yang menggugah: benarkah pendidikan selalu membutuhkan sekolah? Atau justru sekolah, dalam wujudnya yang kini, sering kali menyiapkan kita untuk takut, bukan berani menghadapi masa depan?
Sekolah, sebagaimana kita kenal hari ini, pada dasarnya adalah institusi yang dirancang untuk mencetak individu yang "siap pakai" dalam sistem sosial dan ekonomi yang telah mapan. Di balik tujuan mulianya, sistem sekolah modern cenderung menciptakan rutinitas, mempromosikan kepatuhan, dan menyamaratakan cara berpikir. Anak-anak diajarkan mengikuti aturan, menghafal fakta, dan mengejar nilai---bukan untuk memahami kehidupan, tetapi demi lulus ujian. Ironisnya, hal ini justru bisa melahirkan generasi yang terlatih untuk takut gagal, takut berbeda, dan takut keluar dari jalur yang dianggap aman.
Berbeda halnya dengan pendidikan sejati. Pendidikan adalah proses yang jauh lebih luas dari sekadar duduk di bangku kelas. Ia bisa terjadi di mana saja dan kapan saja: di rumah, di pasar, di jalanan, bahkan dalam kesendirian dan refleksi diri. Pendidikan tidak hanya soal membaca buku pelajaran, tapi juga tentang memahami kehidupan, mengenali diri sendiri, dan membentuk karakter. Pendidikan sejati menumbuhkan keberanian---keberanian untuk berpikir kritis, mempertanyakan norma, mencoba hal baru, dan gagal dengan kepala tegak.
Sejarah mencatat banyak tokoh besar yang justru lahir dari pendidikan di luar sistem sekolah formal. Nama-nama seperti Thomas Edison, Abraham Lincoln, bahkan tokoh kontemporer seperti Elon Musk dan Steve Jobs, menunjukkan bahwa semangat belajar dan keberanian menghadapi masa depan tidak selalu dibentuk oleh sekolah. Mereka belajar dari pengalaman, eksplorasi, dan rasa ingin tahu yang mendalam---semuanya adalah bentuk pendidikan yang sesungguhnya.
Sekolah bisa menjadi tempat yang baik, namun ia bukan satu-satunya jalan. Justru ketika sekolah gagal menumbuhkan semangat belajar dan keberanian berpikir, maka sudah saatnya kita merefleksi ulang fungsi sekolah itu sendiri. Apakah ia masih relevan? Ataukah ia perlu direformasi agar tidak menjadi pabrik ketakutan yang hanya mencetak manusia-manusia penurut?
Di era digital saat ini, akses terhadap pengetahuan sudah tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu. Seseorang bisa belajar apa pun secara mandiri melalui internet, komunitas, dan pengalaman langsung. Ini membuktikan bahwa pendidikan tidak terikat pada bangunan fisik bernama sekolah. Yang dibutuhkan adalah rasa haus akan ilmu dan keberanian untuk terus belajar.
Akhirnya, pendidikan sejati adalah tentang membentuk manusia yang berani, bukan hanya pintar. Manusia yang siap menghadapi ketidakpastian masa depan dengan percaya diri, bukan yang hanya mengandalkan nilai dan ijazah. Maka dari itu, mari kita akui: pendidikan tidak membutuhkan sekolah, ia hanya membutuhkan keberanian dan semangat belajar yang tulus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI