Mohon tunggu...
Rofita Ummi Muslimah
Rofita Ummi Muslimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Terimakasih sudah mampir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehidupan antara Minoritas Muslim dengan Mayoritas Hindu di Bali

7 Januari 2022   16:21 Diperbarui: 7 Januari 2022   17:29 4130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Bali merupakan pulau yang mayoritas para penghuninya adalah agama Hindu. Jumlah pemeluk agama Islam di Pulau Bali memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit dari agama Hindu, ini yang menjadikan agama Islam menjadi agama minoritas di Pulau Bali. Mayoritas masyarakat Bali merupakan pemeluk agama Hindu, tetapi Islam bukan merupakan agama yang asing bagi mereka. Hubungan antara kelompok minoritas dengan mayoritas, dapat dipahami melalui definisi. Minoritas adalah sekelompok orang  yang mendapat perlakuan berbeda dan tidak seimbang dari kelompok lain dalam masyarakat; dan yang menganggap diri mereka sebagai objek dari diskriminasi kolektif. Dalam perkembangannya, konsep minoritas mengacu pada keberagaman kelompok dan kategori sosial. Dalam hal ini, minoritas bukanlah suatu status atau karakter permanen dari suatu kelompok yang berinteraksi dengan kelompok lain dan berproses terus-menerus dalam kurun waktu tertentu.

Meyers (1984) menegaskan bahwa kelompok minoritas bukan lagi digunakan sebagai label umum bagi orang-orang yang menjadi subjek dari diskriminasi kolektif, melainkan penekanan pada angka/kuantitas dapat dikatakan kurang mendasar dan mengaburkan ketimpangan kekuasaan (power inequality).  Dalam konteks minoritas muslim, status ini tidak hanya berkaitan dengan jumlah komunitas muslim yang lebih sedikit dibandingkan dengan seluruh populasi penduduk dimana mereka tinggal. Namun, terdapat pula beberapa asumsi terkait dengan status minoritas, dilihat dari aspek budaya, ekonomi maupun politik. Dari aspek budaya, kelompok minoritas cenderung memiliki budaya yang berbeda dengan kelompok mayoritas dalam hal etnis atau nasionalitas, bahasa, agama, kebiasaan sosial, dan sejarah.

Agama Islam merupakan agama yang telah lama hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat agama Hindu di Bali. Secara historis, perjumpaan antara Islam dan Hindu di Bali telah berlangsung sejak lama. Diana (2016) menyebutkan bahwa Islam masuk ke Bali sejak zaman kerajaan Majapahit saat kerajaan tersebut diperintah oleh Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M) dan terus berkembang sampai sekarang. Berdasarkan catatan sejarah, disebutkan bahwa Islam masuk ke Bali sejak abad ke-14, tepatnya di Kampung Gelgel, kabupaten Klungkung. Berdasarkan cerita rakyat turun-temurun, cikal bakal orang Islam pertama yang datang ke Gelgel (pusat pemerintahan di Bali sejak abad ke-14) adalah para pengiring Dalem dari Majapahit yang berjumlah 40 orang, pada masa pemerintahan Dalem Ketut Ngelesir, Raja Gelgel I.

Hubungan antara umat Hindu dan Islam tersebut telah terjalin lama dan melahirkan pola hubungan yang dinamis. Hubungan  sosial juga dapat dipandang sebagai hubungan sosial yang dinamis dan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu hubungan sosial yang asosiatif dan disosatif. Pola  hubungan asosiatif merupakan pola hubungan yang positif, bersifat mempersatukan dan menghasilkan keteraturan. Hubungan ini terbagi menjadi tiga, diantaramya ada kerjasama, asimilasi dan akomodasi. Kerjasama terjadi ketika orang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama, dan juga adanya rasa kepentingan bersama. Untuk asimilasi sendiri adalah proses sosial dalam mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada pada perorangan atau kelompok. Dan untuk akomodasi sendiri adalah proses adaptasi atau penyesuaian diri. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan yang ada, tanpa menyudutkan pihak lain sehingga pihak lain tidak akan kehilangan identitasnya. Pola hubungan disosiatif atau yang sering disebut dengan oppositional processes, yaitu hubungan sosial yang bersifat pertentangan dengan orang lain atau kelompok dalam mencapai tujuan. Pola hubungan ini dibagi menjadi tiga, diantaranya persaingan (competition), kontroversi (controversy) dan pertikaian atau pertentangan (conflict). Persaingan sendiri merupakan proses dimana antar individu maupun kelompok bersaing dalam mencari keuntungan.  

Akomodatif

           Kaum Muslim di Bali memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan budaya Bali yang ada disekitarnya. Dari kemampuan adaptasi tersebut melahirkan budaya Muslim Bali yang unik, diantaranya ada budaya ngejot dan megibung. Ngejot sendiri adalah budaya mengantarkan makanan kepada para tetangganya yang Muslim maupun Hindu. Tradisi ini pada awalnya merupakan tradisi umat Hindu Bali saat perayaan Galung, Nyepu dan Kuningan. Kemudian di adaptasi oleh umat Muslim Bali, mereka melakukan tradisi ini saat menjelang perayaan Idul Fitri, Maulid Nabi saw dan pada saat Idul Adha. Kata Ngejot sendiri di dalam bahasa Bali memiliki arti "memberi".

Selain itu ada juga tradisi yang sering disebut dengan tradisi megibung yaitu tradisi makan bersama-sama dalam satu dan waktu tertentu. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap tanggal 10 ramadan, menu utama dari tradisi adalah nasi tumpeng dengan lauk daging sapi dan ayam cincang yang diberi bumbu kedoteng. Bumbu kedoteng sendiri adalah racikan dari rempah-rempah lengkap sebagai penyedap utama sajian khas pada hari raya Galungan dan Kuningan. Megibung berasal dari kata gibung yang mendapat awalan me sehingga menjadi megibung berarti kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang yang saling berbagi antara orang yang satu dengan lainnya. Tradisi megibung pada mulanya merupakan tradisi umat Hindu kemudian diadaptasi oleh umat Islam Bali. Selain itu adaptasi masyarakat Islam Bali terhadap kultur umat Hindu juga dapat dilihat pada arsitektur bangunan rumah, penggunaan nama untuk anak-anak mereka seperti Putu, Made, Kadek dan Ketut.

Kerja Sama

            Kerja sama yang terjalin antara umat Islam dan Hindu di Bali sudah terbangun sejak era Kerajaan Bali. Di era kerajaan Bali, salah satu kerja sama yang dikembangkan oleh umat Hindu dan Muslim adalah kerja sama di bidang militer. Kerja sama tersebut dapat ditelusuri di era kerajaan Buleleng, Badung, dan Jembrana. Kerja sama lainnya juga dapat dilihat pada pemukiman, Sebagian besar permukiman Muslim saat itu merupakan pemberian Raja atas jasa besar warga Muslim yang telah membantu kerajaan dalam berbagai peperangan. Saat ini, permukiman Muslim tersebut masih dapat ditemukan di berbagai wilayah di Bali. Selain militer dan permukiman kerja sama Muslim dan Hindu juga terjadi di bidang pertanian, terutama pada lembaga subak. Subak adalah sistem irigasi di Bali yang telah ada sejak lama dan diwariskan secara turun temurun.

Toleransi

Secara historis hubungan antara umat Islam dan Hindu di Bali sudahlah harmonis, kedua komunitas agama tersebut saling menghormati, bahkan seperti yang sudah dibahas diatas, kedua agama tersebut saling bekerja sama dan umat Muslim berusaha untuk beradaptasi dengan kultur masyarakat Hindu sehingga tercipta kultur Muslim Islam yang unik. Hubungan harmonis antara umat Muslim dan Hindu di Bali ini disokong oleh hubungan kekerabatan Muslim-Hindu Bali. Hubungan kekerabatan tersebut diikat oleh tali perkawinan antara Muslim dan Hindu Bali. Salah satu penanda yang paling sering disebut adalah kasus perkawinan Pangeran Sosroningrat adalah seorang Muslim asal Madura (Mataram) dengan putri Raja Badung. Kedekatan relasi komunitas Islam dan Hindu Bali melalui ikatan perkawinan, relasi sosial antartetangga yang berbeda agama melahirkan pandangan nyama selam di kalangan umat Hindu Bali. Dengan kata lain, bagi orang Hindu Bali, orang Islam adalah nyama (kerabat) mereka.  Sebaliknya orang Islam menyebut orang Bali sebagai nyama Bali. Secara bahasa nyama berarti saudara yang memiliki hubungan darah atau hubungan kekerabatan, sementara itu, braya berarti masyarakat atau komunitas, tempat di mana orang Bali hidup bermasyarakat dengan tingkat terkecil disebut banjar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun