Hal "memukul anjing" ini sudah dimulai sejak proses urusan adat pembelisan dan sampai seterusnya. Tidak harus sering, tapi sesekali saja jika perlu. Sebab, pada saat "memukul anjing", wajib juga memberikan ternak, kuda atau kerbau, minimal satu ekor. Jika sering melakukannya, maka bisa-bisa bangkrut dan sengsara ya!
Dalam tradisi adat hubungan sosial keponakan dan omnya, keponakan baik laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah wajib "memukul anjing" untuk saudara laki-laki (om) dari ibu kandung mereka. Hal yang sama juga dilakukan untuk istri om (disebut tante) dan anak laki-laki om-tante (disebut sepupu) yang sudah dewasa atau telah menikah.
Hal hampir serupa di atas juga berlaku dalam acara kematian atau penguburan. Pihak laki-laki yang berstatus sebagai suami wajib rumusnya "membawa anjing" dan juga ternak kuda/kerbau, jika ada kedukaan pada pihak orangtua (ayah dan ibu serta saudara laki-laki) dari isterinya. Anjing ini bisa juga dalam bentuk lain seperti kambing atau sapi.
Masih dalam hal acara kematian atau penguburan, keponakan baik laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah wajib "membawa anjing" dan juga ternak kuda/kerbau, jika ada kedukaan pada pihak omnya. Anjing ini bisa juga dalam bentuk lain seperti kambing atau sapi.
Sedangkan dalam tradisi pitutur adat, kata "anjing" atau "Bhangga" dalam bahasa Sumba, menjadi simbol ungkapan atau kiasan yang dimaksudkan untuk memberi teguran, sindiran, nasehat dan persahabatan. Misalnya, "Bhangga Teyo Kalahu".Â
Secara harfiah berarti anjing yang membuang kotoran besar sembarangan. Ini teguran atau sindiran kepada orang-orang yang tidak diharapkan hadir dalam suatu peristiwa penting. Juga, teguran atau sindiran kepada orang-orang yang berbicara sembarangan di forum atau tempat penting. Bisa juga pembicaraannya di luar konteks topik pembahasan resmi.
Contoh lain adalah "Bhangga Katonga". Terjemahan harfiahnya yaitu "Anjing Bale-bale". Ini ungkapan sarkastis untuk orang-orang yang setia mengikuti tuannya. Katakanlah seperti hamba (ata). Bisa juga untuk security (penjaga) tuannya. Tuan, dalam konteks ini, adalah orang-orang kaya dan mempunyai status sosial tinggi. Di Sumba dikenal dengan sebutan Rato atau Maramba.
Selain itu, ada juga ungkapan "Bangga Ole Ura". Secara harfiah berarti anjing segaris tangan. Ini ungkapan persahabatan yang harmonis dan mendatangkan berkat tersendiri. Bisa dengan ternak anjing benar-benar atau orang lain.
Demikianlah kurang lebih fungsi sosial dan kebudayaan ternak anjing dalam masyarakat Sumba. Semoga ada gunanya. Ya setidaknya anggaplah sebagai kisah dongeng penghantar tidur.
Tambolaka, 7 Mei 2019