Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Parona Mbukubani, Pusat Orbit Tradisi Nyale dan Pasola di Sumba Barat Daya

31 Januari 2018   06:22 Diperbarui: 31 Januari 2018   11:08 2156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Salam hangat dari Sumba Barat Daya untuk para sahabat Kompasiana di mana pun berada. Saya berharap semoga hari ini kita semua berada dalam keadaan sehat walfiat dan selalu mendapat berkat rejeki dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Melalui beberapa artikel yang telah di-posting di Kompasiana ini, saya telah memperkenalkan tentang "Tradisi Nyale dan Pasolanya", suatu tradisi adat-istiadat dan kebudayaan yang bermakna religius di wilayah barat Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Artikel berikut ini akan menyuguhkan informasi tentang sebuah Parona yang bernama Mbukubani. Parona Mbukubani adalah pusat orbit penyelenggara tradisi nyale dan pasolanya.

Mbuke dan Kabani  

Parona adalah istilah dalam bahasa ibu masyarakat di wilayah suku Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, yang artinya Kampung Adat. Orang luar Sumba, terutama para wisatawan menyebutnya Desa Adat atau Dusun Adat.

Mbukubani sendiri adalah sebuah kata yang hampir tidak bermakna apa-apa. Dalam bahasa Kodi, kata Mbukubani, rupa-rupanya merupakan plesetan atau gabungan tidak tersengaja namun populer dari dua suku kata, Mbuke dan Kabani.

Mbuke adalah sebuah permainan dalam masyarakat kodi, yang merentangkan sehelai rambut kuda dan melemparnya dengan sebatang lidi dalam jarak tertentu yang disepakati. Kabani adalah sapaan khas kaum laki-laki. Permainan Mbuke ini diperankan oleh kaum Kabani. Jadi, Mbuke Kabani, berarti seorang laki-laki jagoan yang saat melempar, pangkal lidi menyentuh sehelai rambut kuda tersebut.

Di Atas Bukit

Secara geografis, wilayah Kodi umumnya adalah daratan datar atau rata. Parona-parona yang ada di Kodi berada di sisi barat dan sangat dekat dengan pesisir pantai. Satu-satunya Parona di Kodi yang berada di daratan yang cukup tinggi, jika enggan disebut bukit, adalah Mbukubani. Secara administratif pemerintahan, Mbukubani ini terletak di sisi barat di Desa Ate Dalo, Kecamatan Kodi.

Bukit itu tidak terlalu besar, tapi juga tidak tergolong kecil. Sedang-sedang saja. Beraneka pohon dan tumbuhan mengitarinya. Diantaranya adalah kelapa, pandan, beringin, kadimbul, manera, nangka, jeruk, mangga, pisang, bambu, sirih, kapok, dan masih banyak lagi pepohonan lainnya. 

Meski tanaman-tanaman tersebut tumbuh tidak cukup beraturan, namun telah membuat bukit itu tampak seperti habitat hutan yang cukup lebat dan hijau. Udara di bukit itu pun tampak segar.

Di kaki bukit itulah berdiri kokoh Parona Mbukubani. Di dalam parona ini berdiri kokoh pula rumah-rumah adat. Model konstruksinya adalah rumah panggung dan atapnya berjoglo atau mempunyai menara yang tinggi. 

Material utama bangunannya adalah kayu, bambu, tali hutan dan penutup atapnya adalah alang-alang kering. Konstruksi rumah adat ini sangat kuat dan tahan terhadap guncangan gempa dan angin.

Di tengah-tengah Mbukubani ini ada pelataran yang disebut Notor. Bentuknya persegi panjang. Notor ini dikelilingi oleh tumpukan batu-batu karang yang ditata secara rapih. 

Di atas tumpukan batu-batu karang ini tampak lempengan-lempengan batu megalit persegi yang cukup tebal dan lebar. Usia batu-batu megalit ini sudah tua, ratusan tahun. Di sinilah para leluhur pertama warga Mbukubani dikuburkan. Para leluhur ini, mereka sebut sebagai Marapu.

Notor tersebut berfungsi sebagai pelataran tempat persembahan atau sembahyang adat. Notor tersebut juga berfungsi sebagai tempat musyawarah adat. 

Disamping itu, Notor itu juga mempunyai fungsi sebagai tempat pelaksanaan pesta adat besar seperti habatang(pesta babi) dan woleka (pesta kerbau), sebagai ucapan syukur pertanda kesuksesan atau kemakmuran, yang wajib diikuti oleh seluruh warga Parona.

Notor tersebut dikelilingi oleh empat buah rumah adat utama secara berhadapan. Empat rumah adat ini melambangkan struktur sosial warga dan kekuasaan dalam parona tersebut. Rumah adat yang lain dibangun di belakang empat rumah adat tadi, tapi masih dalam lingkungan parona.

Mbukubani, sebagaimana juga Parona umumnya di wilayah suku Kodi, bukanlah tempat domisili. Tapi sebagai lambang adat-istiadat, kebudayaan dan religiusitas masyarakat adat di wilayah itu. 

Parona dipercaya sebagai dunia Marapu, religi asli masyarakat Sumba. Marapu adalah suatu aliran kepercayaan terhadap "roh leluhur" yang disebut "Ndewa" dan roh yang tertinggi tingkatannya yaitu Mori Mawolo Marawi (Tuhan Maha Pencipta).

Namun demikian tidak berarti bahwa tidak ada sama sekali orang yang tinggal di Parona. Mereka yang mendiami rumah-rumah adat tersebut adalah para orangtua yang sudah berusia lanjut dan masih cukup sehat. Itupun mereka yang hidup saleh atau tidak berdosa atau yang sudah melakukan sembahyang pembersihan diri dari dosa-dosanya.

Mbukubani ramai dipadati orang hanya sekali dalam setahun pada bulan Februari. Ini berkaitan dengan penyelenggaraan Tradisi Ritus Nyale, termasuk Pasola atau Paholong. Warga masyarakat pemilik Parona tersebut mempunyai tradisi mudik yang disebut Ndodong. Mereka membawa persembahan untuk Marapudan menonton iven Pasola.

Dalam rangka tradisi ritus nyale dan pasola tersebut, banyak juga orang yang berkunjung dan bertamu di Mbukubani. Ini wajar karena Mbukubani adalah pusat penyelenggara tradisi ritus nyale dan pasola. Di Mbukubani inilah, tempat tinggal imam adat khusus yang mengatur penataan tradisi ritus nyale yang disebut Rato Nyale.

Sebagai pusat penyelenggara tradisi tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya telah menetapkan Mbukubani sebagai Kampung Adat Situs. Tentu reward ini merupakan bukti bahwa pemerintah setempat sangat menghormati tradisi adat-istiadat dan kebudayaan warisan leluhurnya.

Parona Mbukubani ini memang menyuguhkan impresi yang sangat unik dan indah serta menarik, baik dari sisi adat-istiadatnya, kebudayaannya maupun religiusitasnya. Di sisi barat Parona Mbukubani terdapat Pantai Mbukubani yang sangat indah dan mempesona.

Untuk menuju  ke destinasi Mbukubani tersebut sangat mudah. Tak lebih dari sejam lama perjalanan dari Bandar Udara Tambolaka atau ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya. Dengan menyewa kendaraan roda empat atau roda dua, melalui jalan aspal yang mulus, akan segera tiba di bukit Mbukubani.

Rofinus D Kaleka *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun