Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perguruan Tamansiswa Mulai Merekah di Timur Indonesia

28 Desember 2017   22:37 Diperbarui: 28 Desember 2017   22:53 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OlehRofinus D Kaleka

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Perguruan Nasional Tamansiswa (Nationaal Instituut Onderwijs Tamansiswa) merupakan sekolah pribumi pertama di Indonesia. Perguruan Nasional Tamansiswa ini jugalah yang menjadi cikal-bakal pendidikan nasional Indonesia.  

Bicara tentang Perguruan Nasional Tamansiswa, tidak bisa dilepaskan dari nama dan peran Ki Hadjar Dewantara, yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hadjar Dewantara, dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, melalui organisasi politik dan surat kabar (sebagai wartawan / kolumnis). Karena itu bangsa Indonesia menyematkan penghargaan kepadanya sebagai Pahlawan Nasional ke-2 oleh Presiden RI Soekarno pada 28 November 1959, namanya diabadikan sebagai salah satu nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara, dan potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.

Di samping itu, Ki Hadjar Dewantara juga dikenal sebagai perintis, pelopor dan pejuang pendidikan nasional, yang kemudian menghantarnya sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia pertama setelah kemerdekaan. Karena itu bangsa Indonesia mengukuhkan dirinya sebagai Bapak Pendidikan Nasional.  Dan salah satu bagian dari slogan ciptaannya yaitu Tut Wuri Handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia sampai dengan sekarang.

 

Perguruan Tamansiswa

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, melalui jalur pendidikan anak bangsa, dalam kacamata Prof Dr Sri-Edi Swasono, Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh pendidikan luar biasa yang kontroversial. Ki Hadjar Dewantara adalah pelopor dan perintis berdirinya Nationaal Instituut Onderwijs Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922, di tengah-tengah masa penjajahan Belanda.

 Lembaga pendidikan atau sekolah yang didirikannya, bertujuan untuk mendidik anak-anak pribumi jelata supaya cerdas dan setara dengan anak-anak bangsawan dan penjajah Belanda, memiliki jiwa merdeka dan semangat kebangsaan atau nasionalime yang tinggi dan militan, sebagai modal dasar dalam upaya perjuangan mengusir penjajah kolonial Belanda. Suatu keberanian yang luar biasa, di saat usianya baru mencapai 33 tahun.

UNESCO mencatat eksistensi Perguruan Tamansiswa tersebut dengan sangat impresif, bahwa hanya ada satu negara di dunia yang kedudukannya sebagai negara terjajah tetapi berani mendirikan sekolah untuk mengusir penjajah, yaitu di Indonesia. Sekolah itu bernama Perguruan Tamansiswa, di bawah kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara.

Sejarah membuktikan, di jaman penjajahan Belanda, dengan sikap non kooperatif dan konfrontatif, Perguruan Tamansiswa telah mendidik jiwa merdeka untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada jaman pendudukan Jepang, Perguruan Tamansiswa dengan bersikap "ngentung" dapat lolos dari ancaman Pemerintah Tentara Jepang yang melarang swasta menyelenggarakan Sekolah Umum dan Sekolah Guru. Perguruan Tamansiswa secara diam-diam tetap menyiapkan kader pejuang kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya di jaman setelah Indonesia Merdeka, Perguruan Tamansiswa ikut mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan bersikap kooperatif, konsultatif dan korektif terhadap Pemerintah Republik Indonesia. Di sini Perguruan Tamansiswa ikut berperan mencerdaskan kehidupan bangsa untuk membebaskan diri dari keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan, melalui usahanya menyelenggarakan sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun