Oleh: Rofinus Emi Lejap
Fenomena kehidupan masyarakat cenderung diperaruhi oleh aura politik yang berkembang secara nasional. Ada kelompok yang pro pemerintah selalu membanggakan kemajuan yang dicapai oleh pemerintah. Sebaliknya golongan yang kontra dan menempatkan diri sebagai kelompok oposisi selalu menilai pembangunan maupun kebijakan pemerintah secara negatif. Sering dari kelompok opsisi melontarkan pernyataan yang sangat negatif bahkan cenderung bernuansa fitnah, kerena tidak didukung oleh data yang benar serta akurat. Kedua kelompok sosial itu ibarat simbol positif dan negatif di dalam rumus matematika.
Gotongroyong menghadapi kesulitan
Simbol Plus dalam Masyarakat
Simbol tambah atau plus selalu bernuansa dan beraura positif. Di dalam lambang itu terkandung makna tambah, pertumbuhan, kemajuan, perkembangan, kegembiraan, partisipasi, gotongroyong, dan lain-lain yang baik. Suatu nilai positif di tambah dengan hal positif yang lain menjadi kedahsyatan yang mendewasakan.
Masyarakat yang diperintah oleh pemimpin yang positif, kegiatan atau pekerjaan mereka juga selalu tentang hal-hal yang baik demi kepentingan orang banyak atau bersama. Golongan yang besar atau mayoritas, menolong mereka yang minoritas sehingga identitasnya tetap eksid dan tidak menjadi kabur.
Sebaliknya kelompok minoritas tidak menjadi manja, melainkan juga berpartisipasi dalam pembangunan, meskipun sumbangan mereka sedikit. Wujud partisipasi itu membuat yang positif semakin positif menjadi gerakan kebaikan nasional demi kesejaheraan bersama.
 Di dalam masyarakat yang serba positif selalu ada solusi untuk setiap masalah. Kegelapan dibuat menjadi terang, kotor dibuat bersih, penyakitan diusahakan sembuh, yang lapar diberi makan, yang malas dimotivasi, yang bodoh dibimbing, mereka yang telanjang dibimbing cara membuat pakaian, pengangguran dibina dengan lapangan pekerjaan, dan seterusnya.
Negara yang diperintah oleh presiden dan jajaran pemerintahan yang beraura positif akan membuat negara itu bertumbuh serta berkembang secara luas ke dalam maupun keluar. Banyak negara di Eropa yang sebelumnya berada di bawah penjajahan kekaisaran Roma, tumbuh menjadi negara-negara maju setelah menggunakan lambang salib atau plus pada bendera negara. "In hoc signo vinces" yang artinya dalam tanda ini kamu akan menaklukan; simbol salib yang digunakan waktu menyalibkan Yesus dan para ribuan martir di berbagai tempat di dunia, ternyata simbol perjuangan demi kebaikan. Simbol itu muncul dalam mimpi Kaisar Konstantius, yang lalu dipasang sebagai tanda militer melawan Licinius. (wikipedia.org/wiki/In_hoc_signo_vinces).
 Selalu besyukur!
Simbol Negatif dalam Masyarakat
Simbol negatif disebut juga kurang atau minus. Tanda ini selalu dipakai sebagai tanda peringatan atau larangan, dan juga menjadi simbol pengurangan. Mereka yang dipengangaruhi aura negatif selalu berpandangan serba kurang. Mereka menempatkan diri sebagai kelompok oposisi yang selalu berseberangan, sehingga segala kemajuan selalu dinilai sebagai kemunduran. Memang, kelompok oposisi memainkan peran secara benar meskipun tetap negatif. Nilai positif disandingkan dengan simbol negatif nilainya tidak pernah bertambah.
Masyarakat yang beraura negatif selalu melihat kelompok beraliran lain secara negatif berdasarkan pendapat mereka sendiri. Seperti kafir, pemalas, miskin, bodoh, kurus, tidak adil, tidak ada kemajuan, negara bisa bubar, pendemo harus diberantas, menggunakan kerusuhan dalam menyelesaikan masalah, selalu menuduh pihak lain, minta dihormati untuk menaikan harga diri, kekerasan menjadi simbol kekuatan dan kekuasaan, serta besikap otoriter.
 Tenang namun kejam!
Menjelang pilpres 2019 bencana-bencana besar seakan memihak kepada aliran negatif. Benarkah bencana alam terlibat dalam peristiwa manusiawi? Tidak selalu demikian! Ada bencana yang direkayasa melalui tangan dan hati yang negatif. Simbol negatif bila dikalikan dengan positif hasilnya tetap negatif. Dan negatif dikalikan dengan negatif memang menjadi positif, yaitu kedahsyatan bencana.
"In hoc signo vinces" dengan simbol positif negara pasti aman!