Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Reinforcement dalam Proses Belajar

25 Oktober 2020   00:25 Diperbarui: 25 Oktober 2020   00:57 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayo anak-anak kalau bisa menjawab pertanyaan ibu akan beri bintang. Kemudian kalau bintangnya sudah terkumpul banyak bisa diserahkan ibu, nanti ibu beri hadiah"

Flashback kejadian waktu saya duduk di bangku kelas 2 SD. Saya masih ingat betul isi dan tata letak ruangan kelas itu. Ketika masuk kelas, yang pertama dilihat adalah sebuah pohon prestasi. Letaknya tepat di sebelah kiri pintu ruang kelas.

Pohon ini adalah pohon buatan yang memang sengaja diletakkan di kelas dan disetiap tangkainya tergantung sebuah lembaran sebanyak jumlah anggota kelas. Tentunya lembaran tersebut juga sudah sesuai dengan nama masing-masing siswa. 

Mengapa dinamakan pohon prestasi? Karena setiap siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru akan mendapat satu bintang dan ditempelkan pada lembaran yang tergantung di tangkai pohon tersebut.

Kemudian jika bintang yang didapat sudah terkumpul banyak, siswa berhak menukar bintang tersebut dan guru akan memberi sebuah hadiah. Meskipun hadiahnya tidak terlalu besar namun inilah yang dapat membuat siswa antusias serta semangat dalam belajar. Hal tersebutlah yang dinamakan reinforcement atau penguatan. 

Apa, Penguatan?! Maksudnya bagaimana?  

Teori belajar dalam psikologi secara umum ada empat macam, salah satunya adalah teori behaviorisme atau behavioristik. Teori behavioristik ini dikemukakan oleh Gage dan Berliner yakni tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Menurut teori ini seseorang dianggap sudah belajar apabila ia menunjukkan atau menghasilakan perubahan dalam perilakunya. Hal yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah input yaitu berupa stimulus dari guru dan output yang berupa respon dari siswa terhadap stimulus tersebut. 

Teori belajar behavioristik ini memeiliki beberapa prinsip, salah satu prinsip yang penting dalam teori ini adalah reinforcement. Reinforcement merupakan sebuah penguatan yang sengaja diberikan untuk memicu seseorang dalam mengerjakan suatu hal. Apabila penguatan ini ditambahkan maka respon akan semakin kuat. Begitupun jika penguatan dikurangi maka respon pun juga semakin kuat. 

Seperti contoh yang saya sebutkan di awal tadi, yakni guru memberikan hadiah bagi siswa yang berhasil menjawab pertanyaan serta mengumpulkan banyak bintang. Contoh tersebut termasuk reinforcement positive, di mana siswa diharapkan agar dapat lebih antusias dan mempertahankan giat belajarnya.

Sedangkan reinforcement negative adalah penghapusan peristiwa atau hasil yang tidak diinginkan, dengan arti lain respon diperkuat dengan penghapusan sesuatu yang dianggap tidak menyenangkan.

Sebagai contoh adalah seorang kakak yang sering menggoda adiknya sehingga sang adik kerap sekali menangis. Kemudian ayah mereka menegur atau memberi sedikit rasa jera pada sang kakak dengan tidak memberi uang jajan selama dua hari. Maka sang kakak mungkin akan merasa kapok sehingga tidak akan menggoda adiknya lagi. 

Terdapat beberapa tokoh yang menganut teori belajar behaviorostik, salah satunya adalah Burrhus Frederic Skinner atau yang biasa kita ketahui B.F. Skinner. Beliau adalah seorang psikologi yang terkenal dengan aliran behavioristik. Inti dari pemikirannya adalah setiap manusia bergerak sebab mendapat rangsangan dari lingkungannya.

B.F Skinner juga mengemukakan hukum belajar dari hasil pendekatan behavioristik, yaitu Operant Conditioning. Adapun prinsip dasar pada operant conditioning , yang pertama penyebab eksternal yaitu pentingnya melihat penyebab yang timbul dari setiap perilaku.

Kedua adalah konsekuensi, yaitu manusia cenderung akan mendekati sesuatu yang menyenangkan dan menjauhi sesuatu yang tidak menyenangkan. Melalui eksperimen B.F Skinner yang dilakukan kepada tikus dapat diketahui bahwa perilaku tanpa adanya konsekuensi yang positif atau menyenangkan maka seiring bertambahnya waktu perilaku tersebut akan hilang.

Begitupun sebaliknya, apabila perilaku dengan konsekuensi yang positif maka seseorang cenderung mempertahankan hal yang dianggapnya menyenangkan tersebut. 

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa inti dari teori belajar behavioristik ini adalah seseorang dianggap sudah belajar apabila ia menunjukkan perubahan dalam perilakunya. Kedua sangat pentingnya sebuah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Ketiga reinforcement atau penguatan merupakan prinsip penting dalam proses belajar. Keempat apabila penguatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat, begitupun jika penguatan dikurangi maka respon pun juga semakin kuat.

Kemudian juga manfaat reinforcement dalam sebuah proses belajar adalah untuk membangkitkan motavasi belajar, yang kedua adalah mempertahankan kebiasaan positif seperti kegiatan belajar, ketiga adalah agar terciptanya perilaku positif serta hilangnya perilaku negatif. 

Sehingga untuk guru ataupun orang tua diharapkan bisa memberi reinforcement dan dukungan yang baik terhadap proses belajar anak, sebab inilah salah satu upaya dalam menunjang tercapainya tujuan dari belajar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun