Mohon tunggu...
Rofida Kania Maharani
Rofida Kania Maharani Mohon Tunggu... Lainnya - Active

Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sultan Agung(UNISSULA), Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Problematika Kompetensi Pembelajaran Sastra pada Buku Bahasa Indonesia Kelas XI Kurikulum KTSP

7 November 2022   15:25 Diperbarui: 7 November 2022   15:36 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengajaran sastra harus diarahkan ke ruang apresiatif. Akan tetapi, dalam aplikasi pembelajaran, yang sering terjadi justru "jauh panggang daripada api". Sejauh ini, yang sering dikejar adalah kecerdasan berlogika dan sering mengabaikan kecerdasan emosional. Pada pembelajaran sastra disekolah, harus diakui sebuah "kenyataan pahit" bahwa pembejaran sastra diera sebelumnya hanya aktivitas menghafal, mengerjakan soal, mencatat, dan mendengarkan ceramah. Padahal sastra akan sangat efektif membentuk kepribadian dan akhlak jika melalui apresiasi.

Berikut problematika yang terdapat pada masing" aspek kompetensi pembelajaran Sastra pada buku Bahasa Indonesia kelas XI Kurikulum KTSP

1. Menyimak

Pembelajaran menyimak cenderung membuat siswa kurang aktif, enggan, malas dan tidak kreatif, yang pada akhirnya mempengaruhi aktivitas sastra siswa khususnya dalam menyimak sastra. Pandangan negatif guru terhadap kemampuan siswa membuat siswa semakin kurang termotivasi untuk mendengarkan sastra, dan semakin sedikit usaha untuk mendengarkan sastra. Terakhir, keterampilan menyimak siswa yang tidak optimal, mengakibatkan produk yang hilang untuk kegiatan menyimak sastra. Khususnya pada semester pertama XI SMA.Kegiatan tersebut tertuang dalam SK 5. Memahami pementasan drama; KD 5.1 siswa mampu mengidentifikasi peristiwa, pelaku, dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada pementasan drama; juga pada KD 5.2 siswa mampu menganalisis pementasan drama berdasarkan teknik pementasan.

2.Berbicara

Kondisi pembelajaran berbicara sering terabaikan disebabkan oleh masih adanya anggapan sebagian guru bahwa kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang akan diujikan dalam ujian nasional. Anggapan semacam ini juga tidak dapat diterima. Walaupun kemampuan berbicara bukanlah bagian dari ujian nasional,kemampuan berbicara justru merupakan atribut siswa yang akan digunakannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, seharusnya guru tidakselalu menjadikan ujian nasional sebagai satu-satunya orientasi pelaksanaanpembelajaran, tetapi juga harus mempertimbangkan dampak sosial hasil belajar.

3.Membaca

Rendahnya kemampuan membaca efektif siswa merupakan cerminan utama kegagalan pembelajaran membaca di sekolah. Kegagalan ini dapat dimaklumi karena berbagai topik bacaan yang dikembangkan di sekolah tidak pernah disertai dengan strategi membaca yang dapat digunakan untuk mendekati wacana. Akibat tidak diterapkannya strategi baca yang tepat menyebabkan rata-rata siswa hanya mampu membaca secara monoton, menerapkan gaya membaca yang sama untuk setiap bahan bacaan, bahkan siswa tidak pernah tahu bagaimana cara praktis dalam memahami bacaan khususnya pada bidang sastra dalam KTSP terdapat di dalam SK 7. Siswa mampu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan; KD 7.1 siswa mampu menemukan unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik hikayat; KD 7.2 siswa mampu menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

4.Menulis

Menulis harus menjadi kondisi yang diperlukan bagi siswa untuk mengekspresikan diri sehingga mereka dapat melepaskan beban psikologis mereka. Ada banyak penyebab rendahnya kemampuan menulis siswa. Salah satu faktor utamanya adalah rendahnya peran guru dalam mengembangkan keterampilan menulis siswa. Pembelajaran menulis seharusnya melatih siswa untuk berlatih mengungkapkan ide, namun masih belum berkembang secara optimal. Menulis dianggap sebagai pembelajaran yang menyenangkan bagi guru karena selama siswa menulis, guru dapat bersantai di kelas bahkan meninggalkan kelas.  . Kondisi ini diperparah dengan kebiasaan guru tidak memberikan penilaian secara tepat kepada siswa dalam hal kemampuan menulis.

Hasil tulisan siswa terkadang hanya dinilai dari jumlah paragraf yang dihasilkan, kerapian tulisan, dan faktor lain yang tidak esensial. Kondisi lain yang menyebabkan kemampuan siswa dalam menulis masih rendah adalah kurangnya peran guru dalam memberikan strategi menulis yang tepat.Guru terkesan menganggap menulis merupakan pekerjaan yang sulit sehingga jikasiswa sudah menulis walaupun hasilnya belum bagus dianggap memenuhikompetensi yang diharapkan tanpa memberikan bantuan langsung kepada siswauntuk mengembangkan kemampuan dalam menulis. Di sisi lain, ada pula yang menganggap menulis adalah pekerjaan yang mudah sehingga tanpa bimbingan pun siswa sudah dapat menulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun