Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Magnet Titi Rajo Bintang dalam 12 Menit: Kemenangan untuk Selamanya

28 Januari 2014   02:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_292490" align="aligncenter" width="491" caption="Cuplikan Titi Rajo Bintang dalam film 2 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya (www.kompasiana.com/roelly87)"][/caption] "Eh, ternyata Mbak Titi ramah ya. Ga judes seperti di film tadi." "Lha, katanya asli Jepang. Ternyata Pak Nobuyuki jago bahasa Sunda." "Ih, Amanda imut banget..." Itulah beberapa percakapan yang saya dengar selepas menyaksikan film 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya (12 Menit) bersama 20 Kompasianer di XXI Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan, Semalam (27/1). Sebuah film yang bercerita tentang perjuangan sebuah Grup Marching Band Bontang Pupuk Kaltim (MBBPKT) untuk memenangkan Kejuaraan Grand Prix Marching Band (GPMB) yang diadakan di Istora Senayan, Jakarta. Sebenarnya, saya pribadi awalnya kurang begitu tertarik menyaksikan film berdurasi 108 menit itu. Maklum, sebelumnya saya kurang paham dengan inti cerita mengenai Marching Band. Jangankan mengetahui tentang sekelompok orang yang membentuk sebuah kelompok musik dengan kompbinasi beberapa peralatan. Ada drum, perkusi, terompet, simbal, instrumen bendera, hingga koreografi. Namun, karena penasaran dengan seringnya membaca berita di berbagai media online mengenai 12 Menit. Terutama setelah adanya undangan gratis dari Admin Kompasiana untuk menghadiri gala premier-nya membuat saya tertarik untuk menyaksikannya. Apalagi, dalam film yang diangkat berdasarkan novel berjudul sama karya Oka Aurora ini dibintangi salah satu aktris yang sudah tak asing lagi: Titi Rajo Bintang. Ya, perempuan yang dalam 12 Menit berperan sebagai Rene, pelatih Marching Band dari Jakarta ini seolah menjadi magnet tersendiri. Bagi yang telah menonton film "Mereka Bilang, Saya Monyet", "Mursala", dan "Identitas", tentu mengetahui karakter cuek dan tegas dari perempuan berusia 32 tahun ini. Itu terbukti, karena dalam 12 Menit, Titi menjadi sosok sentral. Mantan istri dari drummer band Dewa 19, Wong Aksan ini tampil begitu menggugah: Dari awal hingga selesai, mampu mengaduk emosi penonton. 12 Menit sendiri sebenarnya berkisah tentang tiga pameran utama yang masih remaja. Arum Sekarwangi sebagai Tara, Amanda Sutanto (Elaine Higoshi), dan Hudri (Lahang). Mereka yang awalnya tidak saling kenal dan berasal dari daerah berbeda (Melayu, Jawa, dan Dayak) bersatu dalam sebuah Grup Marching Band bernama MBBPKT. Film yang juga dibintangi aktor dan aktris senior seperti Didi Petet (Kakek Tara), Niniek L. Karim (Nenek Tara), Olga Lydia (Ibu Elaine), Nobuyuki Suzuki (Ayah Elaine), Egy Fedly (Ayah Lahang), dan Verdi Solaiman (manajer MBBPKT), mampu menunjukkan bahwa dalam hidup harus bisa mengambil keputusan. Misalnya, ketika Elaine harus dihadapi dua pilihan. Antara mengikuti Olimpiade Fisika seperti yang diminta sang Ayah atau ke Jakarta bersama anggota MBBPKT demi mewujudkan ambisi juara. Sebab, untuk bisa mengikuti kejuaraan GPMB, setiap anggota harus rela meluangkan waktu selama lebih dari 12 bulan hanya demi pertunjukkan yang memakan waktu tidak lebih dari 12 menit! Berdasarkan plot tersebut, penonton seperti diajarkan bagaimana harus membuat keputusan. Seperti yang diceritakan Rene kepada Elaine, bahwa, juara atau tidak kelompok mereka, itu urusan belakangan. Yang terpenting, anggota MBBPKT harus berusaha dulu. Proses. Hal serupa dialami Tara yang mengalami trauma akibat kecelakaan masa kecil hingga pendengarannya menjadi terganggu. Meski begitu, berkat dorongan Kakek dan Neneknya membuat Tara berhasil mengatasi trauma itu dan turut mempersembahkan kemenangan untuk MBBPKT melalui permainan drumnya. Yang paling pelik mungkin terjadi pada Lahang. Pasalnya, beberapa jam sebelum tampil di kejuaraan, harus mendapat kabar buruk: Meninggalnya sang Ayah. Tapi, kematian satu-satunya orang selalu mendukungnya itu justru membuat Lahang termotivasi untuk meraih juara. Sebenarnya, masih banyak lagi kisah inspiratif yang dapat dipetik dari film yang sedari awal membawakan beberapa lagu Dewa. Mulai dari Laskar Cinta, Arjuna, Pupus, hingga yang legendaris: Roman Picisan. Termasuk ketika Rene yang memiliki sifat egois harus mengalah dan meminta maaf kepada Tara yang justru muridnya. Juga tentang luluhnya perasaan sang Ayah yang menginginkan Elaine jadi ilmuwan, justru berbalik menjadi motivator sebagai anggota Marching Band. Semua itu dapat disimak dalam film 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya yang akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia, esok, 29 Januari 2014.

*      *      *

*      *      *

[caption id="attachment_292491" align="aligncenter" width="491" caption="Persahabatan Tara dan Elaine"]

1390845969903319008
1390845969903319008
[/caption]

*      *      *

[caption id="attachment_292492" align="aligncenter" width="491" caption="Kental nuansa Dewa, termasuk logo dalam album "]

1390846006242594873
1390846006242594873
[/caption]

*      *      *

[caption id="attachment_292493" align="aligncenter" width="491" caption="Kompasianer bersama Nobuyuki Suzuki yang memerankan Josuke"]

1390846071186675650
1390846071186675650
[/caption]

*      *      *

[caption id="attachment_292494" align="aligncenter" width="491" caption="Kompasianer bersama Titi Rajo Bintang"]

1390846158906783027
1390846158906783027
[/caption]

*      *      *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun