INDONESIA kembali berduka. Tepatnya, saat demonstrasi besar-besaran di berbagai wilayah pada 28 hingga 31 Agustus lalu.
Aksi unjuk rasa itu memakan 10 korban jiwa. Mulai dari rekan ojek online (ojol), Affan Kurniawan, Kamis (28/8) malam, mahasiswa, pelajar, staf DPRD, hingga masyarakat umum.
Pada saat yang sama, beberapa rumah anggota DPR dan menteri pun turut dijarah.
Pun demikian dengan fasilitas umun (fasum), berbagai kantor kepolisian dan DPRD turut terbakar.
Sebagai bloger yang berprofesi ojol, saya berharap demo besar-besaran pekan lalu yang berujung anarkis ini merupakan yang terakhir. Sekaligus jadi pelajaran bagi banyak pihak, khususnya pemerintah di level eksekutif, legislatif, dan yudikatif, agar ucapan serta tindakan tidak melukai perasaan rakyat.
Juga untuk Aparat Penegak Hukum, terutama Kepolisian agar menangani unjuk rasa dengan tidak mudah terpancing hingga bertindak represif.
Proses anggota yang bersalah. Hukum seberat-beratnya hingga jadi efek jera.
Ya, luka perih pada 28-31 Agustus lalu, tidak perlu lagi lagi dibubuhi garam terkait infilstrasi asing. Itu harapan saya yang menyaksikan pemandangan mengenaskan di Jakarta pekan lalu.
* Â Â Â Â * Â Â Â Â *
"HARI ini, saya WFH, mas. Tapi, tadi ke kantor karena ada berkas yang mau digunakan klien, Senin," ujar penumpang salah satu aplikasi ojol yang saya jemput di kawasan Sudirman.