Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mengunjungi Masjid Hidayatullah yang Bersejarah dan Dikelilingi Gedung Bertingkat

30 Juni 2015   02:11 Diperbarui: 30 Juni 2015   02:11 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Masjid Hidayatullah yang tanpa kubah sekilas seperti Kelenteng (Sumber foto: koleksi pribadi/ www.kompasiana.com/roelly87)

SEKILAS tiada yang aneh dengan tempat ibadah ini. Maklum, lokasinya seperti tersembunyi di antara deretan gedung bertingkat di kawasan pusat Jakarta. Namun, ketika melintasi gerbang dan masuk ke dalamnya, baru kita merasa takjub. Ya, Masjid Hidayatullah memang sangat memesona. Terletak di jantung ibu kota di kawasan elite segitiga emas, tepatnya di belakang salah satu gedung ikonik Sampoerna Strategic Square.

Namun, masjid yang berlokasi di Jalan Masjid Hidayatullah, Karet Depan (Dr. Satrio), Setiabudi, Jakarta Selatan ini, seperti tak lekang dimakan waktu. Maklum, tempat ibadah yang ditetapkan Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini, memang unik. Lantaran bangunannya berbeda dibanding masjid pada umumnya karena tiada kubah, di sampingnya terdapat puluhan makam, dan kalau dilihat sepintas lebih mirip Kelenteng.

*       *       *

SIANG itu, Jumat (26/6) cuaca ibu kota sungguh menyengat. Macet menjadi santapan sehari-hari bagi mayoritas warga Jakarta. Khususnya di jalan protokol seperti Jenderal Sudirman. Apalagi, bertepatan dengan suasana Ramadan. Ibaratnya, macet dan panas menjadi godaan terbaik bagi umat yang sedang menjalankan puasa untuk meredam ego di jalan raya.

Kebetulan, saat itu saya baru saja kembali dari suatu acara di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, menuju kantor. Ketika lewat kolong jalan layang Profesor Dr. Satrio, sayup-sayup terdengar suara azan Ashar. Dari samping gedung Sampoerna, mata saya tertuju pada plang berwarna hijau yang menunjukkan Jalan Masjid Hidayatullah.

Langsung saja saya membelokkan sepeda motor menuju jalan yang tersebut. Niatnya selain ingin menunaikan ibadah wajib juga ingin beristirahat sejenak setelah nyaris seharian berkeliling ibu kota. Dengan perlahan menyusuri jalan, saya mencari masjid atau musala yang ada di lokasi tersebut sambil melirik di sebelah kiri terdapat makam yang didampingi bangunan bercorak Tiongkok.

Hingga, akhirnya saya sampai di depan pagar bertuliskan Masjid Hidayatullah yang tengah direnovasi. Tentu, saya agak kaget, karena lokasi masjid tersebut bersebelahan dengan bangunan yang mirip Kelenteng. Karena penasaran, saya pun memarkirkan sepeda motor untuk mencari tahu. Ternyata, bangunan tersebut memang masjid yang mendapat pengaruh arsitektur Tiongkok.

Seusai menunaikan salat dan istirahat sejenak dengan merebahkan tubuh, saya pun mencoba untuk mencari tahu lebih lanjut dengan berkeliling areal tersebut. Yang menarik, selain terdapat makam yang kemungkinan merupakan para pendiri masjid atau keluarganya. Mata saya tertuju pada langit-langit dan jendela masjid yang mirip rumah adat Betawi.

Sambil meluangkan waktu sejenak di teras, saya pun mencoba untuk mencari tahu tentang masjid tersebut melalui layanan internet di ponsel. Berdasarkan informasi di website Jakarta.go.id, Masjid Hidayatullah masuk dalam daftar cagar budaya kategori B. Sementara, masih dalam situs yang sama namun dengan rincian lebih lengkap, ternyata melebihi ekspekstasi saya.

Lantaran, berdasarkan keterangannya, Masjid Hidayatullah awalnya musala yang dibangun pengusaha batik asal Tiongkok bernama Muhamad Yusuf pada 1921. Karena itu, wajar jika masjid ini memiliki pengaruh Tiongkok dalam arsitekturnya, khususnya pada atapnya yang memiliki dua lengkung di setiap sudut. Terlebih, ternyata tidak hanya gaya Tiongkok juga, melainkan juga pengaruh dari Persia dengan berdirinya dua menara.

Sayangnya, saya tidak berhasil menemui pengelola masjid untuk bertanya lebih lanjut walaupun sudah mendapat petunjuk dari juru parkir. Apalagi, waktu yang sudah sore yang membuat saya harus kembali ke kantor.

Meski begitu, saya sudah cukup puas menyambangi salah satu masjid bersejarah di ibu kota ini yang masih terjaga kendati dikelilingi gedung-gedung bertingkat. Ini mengingatkan saya pada salah satu cagar budaya lainnya di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, yaitu Candra Naya.

Sekilas Masjid Hidayatullah

Lokasi: Jalan Masjid Hidayatullah, Karet Depan (Dr. Satrio), Setiabudi, Jakarta Selatan

Akses: Peta (google maps)

Status: Cagar Budaya golongan B

Fasilitas: Toilet dan tempat wudu untuk pria/wanita, Perpustakaan, kamera CCTV

*       *       *

Puluhan makam yang terdapat di sisi masjid (@roelly87)

*       *       *

Langit-langit di dalam masjid (@roelly87)

 

*       *       *

Beristirahat sejenak sebelum melanjutkan rutinitas (@roelly87)

 

*       *       *

Kamera CCTV untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan (@roelly87)

 

*       *       *

Dua pedagang yang tengah beristirahat (@roelly87)

 

*       *       *

Papan pengumuman (@roelly87)

 

*       *       *

Koperasi yang menjual berbagai peralatan dan perlengkapan ibadah (@roelly87)

 

*       *       *

Menara Masjid Hidayatullah yang berdampingan dengan gedung Sampoerna Strategic Square (@roelly87)

 

*       *       *

 

*       *       *

Referensi:

- http://www.jakarta.go.id/web/news/2010/01/Masjid-Hidayatullah

- http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/911/Hidayatullah-Masjid

 

Artikel terkait:

- Menikmati Eksotisnya Candra Naya yang Tersembunyi

- Menelusuri "Lorong Waktu" di Masjid Baitussalam

*       *       *

 

- Cikini, 30 Juni 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun