Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Musibah AirAsia QZ8501 vs Seloroh Banjir Bandung

3 Januari 2015   04:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berita Banjir Bandung yang berakibat 36.000 rumah terendam, 15.000 korban mengungsi (tiga diantaranya meninggal) terdengar sepi, bukan bandingan berita musibah pesawat AirAsia QZ8501.

Musibah AirAsia QZ8501 ditangani habis-habisan

Tidak kurang dari 57 kapal, 10 pesawat dan 17 helikopter yang melakukan pencarian dan evakuasi. Presiden Jokowi memantau langsung proses pencarian Air Asia dan meminta Wapres memimpin koordinasi pencarian pesawat.

Angkatan Udara, Angkatan Laut dan sepertinya semua instansi pemerintah , bahkan seluruh bangsa Indonesia terlibat dari mulai mengikuti berita sampai doa bersama. Pesta kembang api Bandung batal sebagai bentuk simpati kepada keluarga korban. Tim SAR Indonesia disebut terbaik di Asia.

Bangsa Indonesia semakin berbudaya, menggembirakan

Banjir Bandung tanpa rasa kegentingan

Banjir Bandung praktis terjadi setiap tahun sejak tahun 1980. Fakta ini menunjukkan Pemda Jabar dan keseluruhan pemerintah Indonesia, bahkan bangsa Indonesia tidak perduli atas kerusakan bumi Indonesia, tidak perduli atas jatuhnya korban Banjir Bandung.

Menganalisa penyebab jatuhnya pesawat AirAsia jauh lebih sulit dari menganalisa penyebab Banjir Bandung. Penyelesaian Banjir Bandung jauh lebih sederhana dari mencegah terulangnya “insiden AirAsia”.

Rakyat Jabar tidak merasa Gubenur Jabar( yang sekarang maupun sebelumnya) pontang panting, banting tulang menyelesaikan Banjir Bandung( maupun Banjir Bekasi dan Banjir Bogor).

Gubernur Jabar meminta kepada wartawan untuk tidak selalu menanyakan soal Sungai Citarum kepadanya. Gubernur seharusnya memanfaatkan media untuk mendukung usahanya menangani Banjir Bandung, sebagaimana media habis-habisan mendukung penanganan musibah AirAsia.

Rakyat tidak merasa Gubernur Jabar cukup “menekan” Kemenhut( kerusakan hutan) dan PU( tata ruang) untuk turut bertanggung jawab atas Banjir Bandung. Tidak cukup “menekan” atau mungkin diam saja.

Wagub berseloroh

Wagub bersikap lebih santai. Waktu naik perahu karet melihat lokasi banjir, Wagub menyapa warga yang menetap dirumah mereka dan tidak sedikit warga yang berdiam di atas atap.

Wagub menanyakan tentang makanan apakah lancar dan dapat. Wagub melambaikan tangannya dan meminta warga untuk bersabar.

Wagub bahkan berseloroh, mengingatkan pejabat yang ikut peninjauan “ Jangan sampai yang di rumah-rumah mati kering”.

Mungkinkah musibah Banjir Bandung kurang menyakitkan bangsa Indonesia?

Pengkastaan korban banjir?

Tekad Presiden Jokowi

Presiden Jokowi mengutus Menteri Pemberdayaan Aparatur Birokrasi Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandy untuk menyampaikan kepada Gubernur Jabar, bahwa Gubernur Jabar harus menyelesaikan Banjir Bandung paling lama dalam 5 tahun mendatang. Pusat siap membantu.

Tekad Presiden Jokowi adalah satu-satunya berita yang menyemangati bangsa Indonesia

Mohon maaf: Penulismohon maaf kepada seluruh keluarga korban Banjir Bandung maupun keluarga korban AirAsia karena menyebut/membandingkan korban dalam tulisan ini.

Tulisan ini hanya bermaksud memuliakan semua korban musibah di Indonesia, memuliakan tanpa membedakan jenis musibah, tanpa mengenal kelas korban.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun