Mohon tunggu...
Robert EppeDANDO
Robert EppeDANDO Mohon Tunggu... -

"Jangan HANYA mengenang sejarah. Tetapi, CIPTAkan SEJARAH"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sejarah "TOUR de FLORES"

29 Februari 2016   14:48 Diperbarui: 12 Maret 2016   09:39 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Pemudi dan pemuda Marapokot, Nagekeo, Flores Tengah beraksi di Marapokot Beach yang terkenal itu, siap menyambut TOUR de FLORES 2016"]

"BerAWAL dari NAGEKEO untuk NUSANTARA dan DUNIA"

Robert EppeDANDO (pencetus-penggagas-pendiri "TOUR de FLORES")

Pertengahan Agustus 2015, saya dan Serry Babo Nuwa (pegawai Pemda Kabupaten Nagekeo, Flores Tengah) merancang acara fun bike untuk event ulang tahun Nagekeo pada 8 Desember 2015. Judul eventnya yakni “OKI SATO Fun Bike: Road to TOUR de FLORES 2017.”

Mengapa Oki Sato? Untuk mengenang jejak Jepang di gua-gua Jepang di Mbay, yang turut mencacat sejarah bagi Nagekeo, antara lain Bandara Mbay, dan lainnya, di mana Kapten TASUKU SATO telah ikut mencacatnya dalam memoar pribadinya berjudul “I Remember Flores” yang diterbitkan kembali oleh penerbit Nusa Indah, Ende.

Beberapa kali kami berdua melakukan meeting singkat di Danga dan Marapokot. Lalu, kami membuat proposal, agar sebelum tanggal 8 Desember 2015, kami memiliki sponsor dan pendanaan untuk kegiatan tersebut, “OKI SATO Fun Bike: Road to TOUR de FLORES 2017.” Saya membawa proposalnya ke Jakarta, setelah sebelumnya sudah disampaikan secara lisan via telepon kepada Faustinus Wundu dan Longginus Biaedae.

Setelah saya kembali ke Jakarta pada akhir Agustus 2015, kami bertiga, saya, Faustinus, dan Longginus bertemu dengan Primus Dorimulu di ruang kerjanya di BeritaSatu atau Suara Pembaruan. Primus adalah pemimpin redaksi sejumlah media terkenan di Jakarta antara lain Suara Pembaruan, Investor Daily, Investor Magazine, dan BeritaSatu.com. Dengan serta merta, Primus langsung berkata, “Langsung saja kita urus Tour de Flores 2016.” Namun, kami agak keberatan, karena kami tak punya akses tentang sumber dana dan pihak terkait yang mampu membantu mensukseskan event tersebut. “Saya coba informasikan ke Rizal Ramli tentang Tour de Flores,” ujar Primus.

Beberapa hari kemudian, Rizal Ramli siap menerima kami di kediamannya di Widya Chandra. Akhirnya, kami bertemu di malam hari. Malam itu, hadir pula beberapa rekan dari PB ISSI (Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia). Saat itu juga, Rizal Ramli menyetujui Tour de Flores dan langsung menandatangani surat diposisi kepada Menteri Pariwisata Arief Yahya. “Mari kita toats dengan air kata-kata, demi Tour de Flores,” seru Rizal saat menjamu kami di rumah jabatannya. Ternyata, Rizal telah mengenal istilah ‘air kata-kata’ alias anggur atau moke/arak/sopi dari rekan-rekannya orang Flores. Malam itu kami disuguhkan dengan beberapa botol wine terbaik dari luar Indonesia, seperti red wine, white wine, dan black wine.

Tidak lama berselang, Menteri Pariwisata Arief Yahya pun mendalami dampak ekonomis dan dampak positif dari Tour de Flores. Rekomendasinya bahwa Tour de Flores layak digelar di Flores untuk memacu pertumbuhan sektor pariwisata di Flores. Menurutnya, melalui event wisata, kita mampu menarik para turis, agar tinggal lebih lama di sebuah tempat wisata, seperti di Flores.

Sejak inisiatif kami berdua, saya dan Serry ditanggapi sangat positif oleh Menteri Rizal Ramli dan beberapa menteri terkait, serta Gubernur NTT dan semua bupati se Flores dan Lembata, maka, kini, event Tour de Flores telah menjadi milik Propinsi Nusa Tenggara Timur, bukan menjadi milik kami berdua lagi. Atau, milik Primus Dorimulu. Kami dan rekan-rekan lain bertugas membantu mensuskeskan event tersebut.

Secara pribadi, saya dan Serry menghaturkan limpah terima kasih kepada Primus Dorimulu, yang dengan berbagai cara tak kenal lelah dan memiliki networking luas, membuat event ini semakin mendunia, yang adalah milik Pemerintah Propinsi NTT---dari ide sederhana di Danga dan pondok sawah Marapokot, Flores Tengah.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dari Union Cyclicte Internationale (UCI) khususnya Jamaludin Mahmood dan Indonesia Grand Prix (IGP), seperti Velayutham Munusamy, Inge Milasari Sanjaya, Ridwan Hadi, Yasinta Sabarani, Udiantoro alias Mbah Udiq, Lukman Hakim alias Dora, yang bersedia ke Flores melakukan race route survey dari Larantuka hingga Labuan Bajo, agar sesuai standar Badan Pesepeda Dunia.

Juga kepada Hendri Karnoza dan Shintaro Situmorang dari Kementerian Pariwisata dan Eko Ikhsanto dan Jian dari Kementerian Perhubungan, yang turut dalam race route survey di Flores. Dan juga, kepada dua fotografer profesional kami, Irwin Ferdiansyah dan Yehta.

Kami bersyukur memiliki senior seperti Primus, yang dengan ‘mata elang’ ala wartawan, mampu menyorot jauh akan dampak sebuah event, apalagi sport tourism seperti Tour de Flores, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, seperti yang terjadi dengan Tour de Ijen Banyuwangi dan Tour de Singkarak Sumatera Barat, yang bisa mendongkrak pendapatan daerah hingga triliunan rupiah dari beberapa miliar saja sebelum event diselenggarakan. Demikian kilas balik tentang kisah lahirnya “Tour de Flores.”

Welcome to Flores---EXPLORE The WONDERFUL Land---Jelajah Pesona Flores.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun