Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Masih Berbisakah Sengatan "Scorpions" dan Gigitan "Whitesnake"?

18 Februari 2020   17:42 Diperbarui: 19 Februari 2020   11:46 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : dok. FB Jogjarockarta

Insya Alloh kalau nggak ada halangan, tanggal 1 Maret 2020, Scorpions dan Whitesnake akan nggenjreng di stadion Kridosono Jogjakarta di event JogjaROCKarta Festival #4. Semoga acara yang diprakarsai oleh Rajawali Indonesia ini berlancar, sukses, dan barokah. Dukunnya bisa ngatasi hujan yang kemungkinan masih deras di bulan itu.

Siapkan BPKB motor atau mobil untuk utang di bank. Karcisnya mahal men. Yang paling murah Rp 517.500 dan paling mahal Rp 6.900.000. Iku ijol botol oleh nggak yo. Gila. Tapi selalu ada fan die hard yang berani menggadaikan  barang  berharganya termasuk sertifikat pegawai negeri sekalipun untuk nonton konser band kesayangan.  

Dua band jompo ini sudah eksis sejak tahun 70an. Scorpions sendiri dibentuk tahun 1965. Jadi jangan heran kalau  umur musisinya ada yang sudah kepala tujuh. Klaus Meine, si seksi cuap-cuap  band Scorpions ini sudah 71 tahun. Nggak tahu apa pas konser nanti kalau nyanyi dibantu mesin kompresor apa tidak.

Di jagad musik rock/metal, Scorpions adalah legenda. Salah satu band rock Jerman yang sukses besar  menjual jutaan copy albumnya ke seluruh dunia. Penggemarnya lintas genre. Nggak cuman rocker yang mengenal lagu-lagu Scorpions, embok-embok bakul di pasar pun tahu.

Dangduter pun pasti suka lagu "Still Loving You", "Always Somewhere", atau "Wind of Change". Lagu-lagu ballad yang sangat sukses secara komersil.

Aku sendiri awal kenal musik rock  dari lagu Scorpions "Holiday" (piknik). Saat itu masih kelas 3 SD. Dan saat SMP belajar main gitar dengan lagu "Always Somewhere" (blusukan?).

Scorpions memang super terkenal. Saking terkenalnya, para rocker jadi gengsi kalau ketahuan ngefan Scorpions. Karena kalau sudah terlalu mainstream itu nggak keren. Yang keren itu anti-mainstream atau beda dari kebanyakan orang.

Scorpions itu band legend yang sudah meng-influence banyak band rock/metal dunia. Mungkin itu yang membuat musisi rock pengagum Scorpions gampang sakit influensa. ??? Iki ngomong opo se.

Jadi jelas Scorpions bukan band cemen. Band ini pernah disinggahi dua gitaris dahsyat di jamannya : Michael Schenker dan Uli Roth. Michael Schenker adalah adiknya Rudolf Schenker, rthym gitarnya Scorpions (mungkin masih ada hubungan saudara dengan Wage Rudolf Supratman).

Permainan riff dan melodi gitar Uli Roth yang ciamik di album Taken By Force (1977)  sangat menginspirasi gitaris-gitaris rock/metal generasi selanjutnya. Melodi solo bergaya shredding  di lagu "The Sails of Charon"  mempengaruhi permainan Yngwie Malmsteen yang hobi bermain gitar dengan cara patas itu. Yngwie pun meng-cover lagu itu di album "Inspiration" (1996).

Nomor-nomor di album Taken By Force memang agak beda di album-album awal yang masih kental Hard Rock-nya. Di album ini ada tiga lagu yang sangat heavy di zamannya. Sebut saja "Steamrock Fever", "He's a Woman -- She's a Man", dan "The Sails of Charon".


Lagu "The Sails of Charon" itu karya masterpiece, tapi justru nggak pernah dimasukan ke album kompilasi the best. Bisa jadi nggak cocok dengan esensial musik Scorpions. Tapi memang lagu "The Sails..." terlalu cerdas untuk musik Scorpions.

Kekuatan Scorpions itu justru pada musiknya yang easy listening dengan karakter vokal tenor Klaus Meine yang unik. Mirip vokalnya Saleem vokalisnya band Iklim dari Malaysia. Simak saja lagu "Suci Dalam Debu" (tayamum?). Bisa jadi Saleem meng-copy cengkok vokalnya Klaus Meine. Atau sebaliknya? O_O

Musik Scorpions sendiri adalah transisi Hard Rock ke Heavy Metal. Hard Rock tapi dengan semangat Heavy Metal. Di awal kariernya musiknya masih Hard Rock tapi semakin lama semakin heavy. Walau selalu ada lagu ballad yang khas Scorpions, cemen.

Apalagi sekarang drumernya Mikky Dee. Drumer metal militan yang pernah jadi personelnya King Diamond, Don Dokken, Motorhead, dan pernah bermain untuk Helloween di album Rabbit Don't Come Easy (2003). Pastinya lagu-lagu Scorpions yang heavy akan terasa lebih metal.

Di sini Scorpions dikenal luas karena power ballad-nya. Lagu-lagu kerasnya kurang dikenal. Aku sendiri suka yang tengah-tengah seperti lagu "Coming Home" di album Love At First Sting (1985). Slow di awal, selanjutnya gedabukan. Walau diam-diam juga suka lagu kalemnya : "Born To Touch Your Feeling", "Believe In Love", "Evening Wind", dan banyak lagi.

Bisa jadi lagu "Coming Home" itu ditulis khusus untuk geng motor. Simak liriknya "..Day after day out on the road/There's no place too far that we wouldn't go/We go wherever you like/To rock'n roll.."

Scorpions saat ini digawangi oleh Rudolf Schenker pada rhythm dan lead guitar, backing vocals, Klaus Meine pada lead vocals dan additional guitar, Matthias Jabs pada lead dan rhythm guitar, backing vocals, Pawe Mciwoda pada bass, backing vocals, dan drumernya adalah Mikkey Dee.

Well, itu sedikit ulasan soal Scorpions yang aku tahu. Sori, kalau ingin tahu banyak  baca sendiri di situs resminya atau Wikipedia.

Lain Scorpions, lain pula Whitesnake. Bagiku Whitesnake adalah proyek solo kariernya David Coverdale. Dialah frontman yang menulis hampir semua lagu-lagu Whitesnake. Nggak ada David, nggak ada Whitesnake. Nggak ada pengajian, nggak ada snack.

David Coverdale adalah mantan tukang nyusul penonton eh tukang tarik suara di band Deep Purple. Doilah yang nyanyi lagu "Soldier Of Fortune"nya Deep Purple sambil mewek bombay di salah satu konsernya. Nggak tahu, nangisnya karena teringat kenangan masa lalu atau menangisi cicilan mobilnya yang nunggak 9 bulan 10 hari.

Lagu-lagu Whitesnake kebanyakan bertema syahwat. Cowok ketemu cewek, bercinta,  eker-ekeran dan berpisah. Dan tema itu masih tetap jadi materi lagunya sampai sekarang. Tobat pakde.

Album Whitesnake yang paling terkenal di sini adalah album self title, Whitesnake (1987). Dimana lagu "Still of the Night" jadi lagu andalannya. Lagu yang formatnya mirip lagu "Black Dog" dari Led Zeppelin yang monumental itu. Juga ada lagu hits "Here I Go Again"  dan "Is This Love" yang sound dan liriknya standar. Jadi istimewa karena David Coverdale yang nyanyi.


Sejujurnya aku nggak terlalu kenal Whitesnake. Aku suka karakter vokal David Coverdale dan perfomance-nya di panggung.  Tapi aku nggak terlalu ngefan Whitesnake. Aku lebih suka ngemil snack. Ndasmu.

Negeri ini hampir selalu jadi persinggahan terakhir buat band-band rock legend. Dulu saat masih segar bugar kemana saja. Sekarang sudah hampir jompo baru konser di sini. David Coverdale sudah berumur 68 tahun. Sedangkan Klaus Meine 71 tahun. Apakah suaranya masih senyaring saat masih muda? Apakah act perfomance-nya masih lincah? 

Ini mungkin event yang besar, tapi jangan terlalu berekspektasi yang muluk-muluk. Jangankan menjerit, meludah saja sudah berkurang jauh powernya. Mereka sudah embah-embah. Maunya meludah, tapi malah ngiler. Aku nyimak konsernya Scorpions di Brasil dalam event Rock In Rio 2019 (tentu saja di youTube), ya ampun men, vokal Klaus Meine sudah nggak mampu menjangkau nada tinggi.

Ojok ngomong sopo-sopo yo. Sekarang ini, sebenarnya mereka dihormati, ditepuktangani karena nama besar, bukan semata-mata karena perfomance-nya hebat atau vokalnya dahsyat. Masa-masa itu sudah berlalu. Jangan berharap.

Ah sudahlah. Selamat menonton.

-Robbi Gandamana-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun