Mohon tunggu...
Prasetya Marisa
Prasetya Marisa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pekerja , Pembelajar, dan Penulis Buku Diari.

Mencintai apa yang bisa dicintai. Hidup untuk masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak memiliki apapun termasuk diri sendiri. Mengejar kesempurnaan walau tak pernah sempurna. Selalu ada cela. Noda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Mudah Menghina Tuhan (Agama Lain)

7 Maret 2017   08:49 Diperbarui: 7 Maret 2017   18:00 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan Menyebut Nama Allah yang Mahapengasih lagi Maha Penyayang..

"Dan janganlah Kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan, tempat kembali mereka, Lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.." (Al-Qur'an surah Al-An'am ayat 108)

Saya selalu mengutip ayat dari Al- Qur'an ini, setiap kali ada perdebatan antar umat agama yang sudah mengarah pada hal - hal negatif (mulai menghina, menyindir, dll) . Baik perdebatan secara terbuka maupun di media sosial. Menurut saya, ayat ini sudah sangat jelas sekali menjelaskan jika sebagai umat beragama harus saling menghormati keyakinan umat lain dengan tidak mencaci maki Tuhan umat agama lain. Menurut tafsir yang saya baca, ini merupakan suatu bentuk perbuatan yang meninggalkan maslahat demi mencegah terjadinya masfadat (kerusakan). Asal - usul ayat ini bermula dari perkataan dari kaum musyrik yang meminta Rasulullah (Nabi Muhammad) untuk berhenti mencaci maki berhala mereka, dan jikalau tidak, kaum musyrik akan balas mencaci maki Allah Subhanahu wata'ala. Maka kemudian ayat ini pun turun. 

+++

entah kenapa, sejak kasus Al-Maidah ayat 51 dan Bapak Ahok, intensitas perdebatan antar umat beragama semakin meningkat. Dan sebagian besar menjurus ke arah caci-mencaci. Tentu saja, hal ini mayoritas terjadi di dunia sosial media. Sebagai pengguna media  sosial aktif, saya agak sedikit terganggu. Mata saya sakit melihat orang saling menghina Tuhan. Hati saya sakit melihat saudara seiman saya dengan "mudah"nya mengucapkan kata yang tidak pantas kepada umat agama lain (Apalagi lihat umat lain mengejek Tuhan saya, lebih sakit hati lagi dunk...). Kemana Akhlak ? Kemana Adab ?  Kemana Rasa Malu ? Kalau sudah begini, jari saya selalu tergerak mengetik ayat ini.  Berupaya menjernihkan , paling tidak ada usaha untuk mendamaikan. 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun