UKM FORDI MAPELAR (Forum Studi Mahasiswa Pengembang Penalaran) Universitas Brawijaya menyelenggarakan workshop kepenulisan yang terbuka untuk umum pada Jumat (29/08/2025). Kegiatan ini berlangsung di Ruang Pertemuan 1 Perpustakaan Universitas Brawijaya dengan menggandeng UB Press sebagai mitra berkolaborasi.
Workshop kepenulisan ini menjadi kabar baik bagi pegiat literasi karena menambah wawasan mengenai kepenulisan kreatif serta proses penerbitan. Tema yang diangkat bertajuk "Mencipta Cerita dan Menghidupkan Karya: Paduan Menulis Kreatif hingga Penerbitan." Acara workshop ini diawali dengan sambutan hangat Annisa Aulia Fitri H. selaku Ketua Umum FORDI MAPELAR 2025.
Narasumber pertama dalam lokakarya ini adalah Engelbertus Kukuh Widijatmoko. Kukuh adalah seorang penulis sekaligus dosen di Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (UNIKAMA).
Dalam materinya, pria yang akrab disapa "Dosen Blankon" ini menuturkan bahwa semua yang terjadi dalam keseharian, termasuk pikiran-pikiran kecil yang muncul dapat menjadi bahan untuk menulis cerita. Menurutnya, agar ide cerita tersebut berkembang menjadi sebuah naskah yang utuh maka perlu dituangkan dalam tulisan. Oleh sebab itu, dalam penyajiannya perlu yang namanya kerangka atau konstruksi berpikir yang jelas.
Ia mengenalkan konsep GARUDA, singkatan dari Gagasan, Alasan, Rumusan, Uraian, Dampak, dan Ajakan. Dengan metode ini maka akan memudahkan dalam penyusunan alur tulisan.
Kukuh berpesan kepada semua peserta agar segera mulai menulis dan menyelesaikan naskahnya hingga diterbitkan. "Yang terpenting adalah punya ide dulu. Jika mengalami mental block maka ambil jeda sebentar lalu lanjutkan lagi," ujarnya memberi semangat.
Selanjutnya, narasumber kedua yaitu Gedeon S.A.N yang sejak lama berkecimpung di dunia penerbitan. Ketua IKAPI Malang tersebut membagikan pengalamannya tentang sistem dan peluang dalam menerbitkan buku. Ia menyebutkan bahwa di Kota Malang terdapat sekitar 50 penerbit buku, namun sebagian tidak lagi aktif.
Gedeon memaparkan tiga sistem penerbitan yang lazim digunakan, yaitu selfpublishing, royalti, dan join modal. Pada sistem selfpublishing, penulis menjadi pihak yang menanggung biaya penerbitan dan bertanggung jawab penuh atas promosi dan pemasaran. Sementara itu, pada sistem royalti, penulis tidak perlu mengeluarkan biaya tetapi memperoleh sekitar 10% dari hasil penjualan oleh penerbit. Adapun sistem join modal melibatkan kerja sama modal antara penerbit dan penulis dengan perbandingan 50:50.
"Penulis perlu jeli dalam memilih penerbit karena setiap penerbit memiliki core-nya masing-masing," papar Gedeon.
Ia juga menegaskan bahwa setiap karya tulis memiliki peluang untuk menemukan pembacanya. "Semua buku pasti ada pasarnya. Masing-masing karya punya waktu dan pembacanya sendiri. Jadi jangan ragu untuk menerbitkan naskah yang sudah selesai," ungkapnya memberi dorongan dengan optimis.