Mohon tunggu...
Randy Mahendra
Randy Mahendra Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Warga Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sihir Hitam (1)

12 Januari 2021   15:13 Diperbarui: 12 Januari 2021   15:27 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak RT lekas menghidupkan mesin sepeda motornya. Mereka buru-buru menuju tempat kejadian. Motor Pak RT sudah tua, suka ngambek, sehingga mereka terpaksa jalan kaki dengan langkah sangat cepat. Selama ini Mia belum kenal dengan pemilik rumah itu. Pemilik rumah yang sangat tertutup.

Tapi sebenarnya warga komplek ini telah hafal dengan tabiatnya. Pemilik rumah itu datang dan pergi begitu saja. Wajar jika tidak ada yang mengenalnya. Mia memperkirakan pembunuhan ini berlatar belakang perampokan.

Mereka sudah sampai di depan rumah. Tapi Mia heran dengan pintu yang sekarang tertutup, tadi dia yakin pintu itu terbuka. Ketika Pak RT membukanya, sontak mereka dikejutkan dengan sesosok wanita yang tengah duduk di sofa dengan buku di tanganya. Kontras dengan pemandangan yang Mia lihat tadi. Kontras dengan apa yang Mia katakan pada Pak RT.

Wanita itu tampak terkejut melihat kedatangan Mia dan Pak RT. Bukan wanita itu yang membuat Mia tercengang, melainkan apa yang dilihatnya tadi sangat berbeda dengan yang dilihatnya sekarang. Di samping sofa tempat wanita duduk itulah tadi Mia melihat sesosok mayat terbaring bersimbah darah.

"Oh ada tamu ya ternyata, silahkan masuk!" Wanita itu menyapa bangkit dari duduk sambil membenarkan rok lebarnya. Suara wanita itu aneh, terdengar menakutkan meski dengan suara yang lembut.

"Mmm... Maaf, tadi ada pembunuhan di rumah ini, apa Ibu sudah tahu?"

"Saya dari tadi duduk di sini, jangan mengada-ada dong."

"Saya tidak mengada-ada, benar saya tadi melihatnya sendiri. Mayatnya tadi ada di lantai tepat di samping sofa itu."  Mia menunjuk tempat yang dia yakin di sanalah mayatnya tergeletak.

"Kenyataanya tidak ada. Tidak ada apa-apa di sini." Wanita itu mulai meresa terusik dengan kelancangan Mia.

"Sudah! biar saya periksa dulu,"  ujar Pak RT menengahi perdebatan itu.

Mia masih berdiri di pintu masuk, berusaha untuk percaya dengan apa yang wanita itu katakan. Tapi dia belum pikun, dan dia benar-benar masih ingat mayat itu mati di samping sofa tempat wanita itu duduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun