Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, terus menjadi sorotan dunia. Meskipun pertumbuhan ekonomi yang stabil, tantangan dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup penduduk tetap menjadi perhatian utama komunitas internasional.Â
Ekonomi Rentan
Kalau kita refleksi dari proyeksi terbaru Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 4,7%. Angka ini menunjukkan stabilitas ekonomi, meskipun terdapat tekanan dari ketegangan perdagangan global dan perubahan kebijakan. Sementara itu, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan pertumbuhan sebesar 5,2% untuk tahun yang sama, dengan catatan bahwa konsumsi domestik tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, didukung oleh permintaan global terhadap komoditas.
Disisi lain, OECD juga menyoroti perlunya reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas dan mendorong investasi swasta, guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Â Karena juga yang seperti kita tau bahwa kita sudah beberapa kehilangan peluang investor, dan sudah pasti ada yang salah dengan sistem birokrasi investasi-ekonomi kita.
Perspektif Internasional
Meskipun data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan tingkat kemiskinan menjadi 8,57% pada September 2024, Bank Dunia memberikan perspektif yang berbeda. Menggunakan ambang batas kemiskinan untuk negara berpendapatan menengah atas sebesar US$6,85 per kapita per hari, Bank Dunia melaporkan bahwa 60,3% penduduk Indonesia, atau sekitar 171,9 juta orang, masih hidup di bawah garis kemiskinan.Â
Dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN, Indonesia menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. Misalnya, Malaysia memiliki tingkat kemiskinan sebesar 1,3% berdasarkan ambang batas US$6,85, sementara Vietnam mencatatkan 18,2% pada ambang batas yang sama.Â
Untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045, Bank Dunia merekomendasikan Indonesia untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi hingga minimal 6% per tahun. Hal ini memerlukan reformasi struktural yang mendalam, termasuk peningkatan produktivitas, investasi dalam pendidikan dan kesehatan, serta penguatan sektor informal.Â
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2029, dengan fokus pada peningkatan investasi dan reformasi kebijakan.Â
Ketimpangan Middle Class
Salah satu aspek yang kurang mendapat perhatian adalah ketimpangan dalam kelas menengah Indonesia. Meskipun secara statistik banyak yang telah keluar dari kemiskinan ekstrem, banyak dari mereka yang masih rentan terhadap guncangan ekonomi dan belum memiliki akses penuh terhadap layanan dasar seperti pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan.
Dari sini kita bisa sedikit menyimpulakn kalau pengentasan kemiskinan tidak hanya tentang peningkatan pendapatan, jangan lupa akses yang adil terhadap peluang dan sumber daya yang ada. Memang, PR pemerintahan Presiden Prabowo cukup berat dan terjal. Bukankah kondisi terasa seperti hal yang sedari dulu belum menemukan penyelesaian?
Menurut anda, apakah kita bisa mencapai target pemerintah tentang pemberantasan kemiskinan ekstrem hingga 2029? atau kita akan berharap lagi pada presiden di periode selanjutnya? dan menjadi paradoksikal?
Coba diskusikan di kolom komentar.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI