Mohon tunggu...
Rizqi Zakiyaturrosyida
Rizqi Zakiyaturrosyida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Penjelajah mimpi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Capek yah?: Memahami Emosi dan Perasaan

30 Mei 2023   15:00 Diperbarui: 31 Mei 2023   09:52 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hidup lagi capek-capeknya" menjadi topik yang populer dalam berbagai konten di media sosial. Hidup lagi capek-capeknya malah makan soto pake sumpit. Apakah lelah hanya sebuah kondisi manusia? Kondisi dimana seseorang berkurang kapasitasnya untuk bekerja atau mengerjakan sesuatu. Lelah menjadi sebuah arti yang kompleks jika disandingkan dengan manusia. Lelah dapat menjadi sebuah perasaan yang tidak hanya sekedar sebuah kondisi yang dapat dikembalikan hanya dengan duduk beristirahat tetapi dibutuhkan sebuah kesadaran dalam diri akan perasaan tersebut, kesadaran akan rasa lelah dan kesadaran bagaimana kita mengatasi rasa lelah itu.

Dalam artikel ini kita akan mengulik sebuah rasa lelah, bagaimana kita mengembalikan kondisi kita, dan mengarahkan perasaan kita pada hal yang lebih positif. Perasaan lelah sering dilibatkan dalam sebuah kondisi emosi tertentu. Dikutip dari gagasan oleh Dr. Kinga Mnich dalam blog The Ziva Way miliknya, memaparkan mengenai perbedaan emosi dan perasaan. Emosi mengarah pada sebuah reaksi yang terjadi dalam tubuh kita. Sedangkan perasaan adalah sebuah interpretasi personal dari reaksi oleh emosi tersebut berdasarkan keadaan sosial, budaya, dan pengalaman individu. 

Rasa lelah dapat dihilangkan dengan tidur yang cukup serta istirahat yang benar. Namun, rasa lelah itu dapat menjadi sebuah implikasi dari hubungan antara kondisi fisik dan mental. Sebuah aktivitas fisik memiliki dampak pada kondisi mental seseorang. Begitupun sebaliknya, mental yang terus bekerja juga berdampak pada kondisi fisik. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk memahami perasaan dan emosi yang ada dan terjadi dalam diri kita.

Melalui bukunya, How Emotion are Made, Dr. Lisa Feldman Barrett mengenalkan sebuah konsep mengenai body-budget sebagai konsep dari regulasi emosi dan energi. Ketika terjadi sebuah input sensori yang didapatkan oleh otak seperti detak jantung, tekanan darah, pernapasan, dan hormon dalam tubuh. Berdasarkan konsep body-budget, otak akan memprediksi sensasi internal tersebut dengan kebutuhan energi yang ada dalam tubuh untuk kemudian diregulasi sehingga menjadi seimbang dan selaras. Menjaga keseimbangan body-budget inilah yang menjadi hal yang penting bagi kondisi kesejahteraan (well-being) secara keseluruhan.

Bagaimana cara kita dapat menjaga keseimbangan body-budget kita? Tuntutan kehidupan modern saat ini seringkali mengharuskan kita untuk bekerja hingga larut malam, konsumsi di depan layar ponsel hingga berjam-jam, dan makan dengan tidak teratur. Beberapa cara yang menjadi paradoks di lingkungan budaya saat ini masih menjadi sebuah solusi untuk menjaga keseimbangan fisik dan mental kita seperti tidur dengan cukup, konsumsi makanan yang sehat, dan olahraga dengan baik. Namun, bukan berarti hal itu tidak dapat dilakukan. 

Banyak cara alternatif untuk mengembalikan kondisi kita menjadi lebih baik. Misalnya, mengunjungi tempat yang bebas dari polusi, tempat-tempat tenang yang dapat dijadikan persinggahan sekejap dari hiruk pikuk kesibukan. Mencoba mengatur jadwal olahraga atau hanya sekedar membuat tubuh tetap bergerak, mempelajari resep-resep makanan sehat, dan mencoba menekuni hobi yang mungkin telah lama ditinggalkan karena kesibukan. Menghabiskan waktu dengan bersama orang-orang tersayang kita. 

Permasalahan mengenai body-budget akan terbantu dengan kehadiran orang-orang yang berarti bagi kita. Kita hanya perlu membuat diri kita untuk tidak diam sehingga siklus tubuh kita tetap berproses dengan baik.

Setelah kita dapat mengatasi kondisi yang tidak seimbang dalam tubuh kita, hal selanjutnya yang dapat kita lakukan adalah meningkatkan pemahaman (kesadaran) tentang emosi kita. Sebuah emosi "senang" misalnya, tidak hanya terdiri dari rasa senang, emosi tersebut dapat dibagi lagi menjadi emosi-emosi yang lebih spesifik. Dr. Lisa Feldman Barrett bersama rekan-rekannya membuat sebuah konstruksi emotional granularity, sebuah kemampuan individu untuk mengenali emosinya dengan istilah yang lebih khusus.

Sumber: https://allthefeelz.app/cc/feeling-wheel/
Sumber: https://allthefeelz.app/cc/feeling-wheel/

Kemampuan memahami emosi yang sedang dirasakan dengan menempatkannya pada istilah yang tepat dapat membantu kita mengatasi kondisi kita untuk menjadi lebih baik. Merujuk pada pembahasan di awal misalnya, Apakah rasa lelah itu hanya sebuah kondisi fisik atau terdapat emosi yang ada berlangsung di dalam tubuh? Jika iya, emosi apa yang ada ketika rasa lelah ini kita rasakan? Tentunya emosi yang ada pada rasa lelah setelah mengerjakan suatu tugas tetapi tidak sesuai dengan target yang diharapkan sebelumnya, akan berbeda dengan emosi ketika kita tidak kunjung menemukan sesuatu yang kita cari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun