Mohon tunggu...
rizqihamidah
rizqihamidah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya menggambar dan membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Multitasking dan Kelelahan Mental: Ketika Otak Terlalu Banyak Bekerja

24 Juni 2025   22:05 Diperbarui: 24 Juni 2025   22:05 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah gaya hidup cepat zaman sekarang, banyak orang terbiasa melakukan beberapa aktivitas secara bersamaan. Mulai dari bekerja sambil membalas pesan, belajar sambil mendengarkan musik, hingga makan sembari menyelesaikan laporan. Inilah yang disebut multitasking. Sekilas tampak efisien, namun kebiasaan ini ternyata dapat memicu kelelahan mental atau mental fatigue jika dilakukan terus-menerus.

Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam Jurnal Psikologi Insight (Amalia & Handayani, 2021), multitasking berkepanjangan dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan meningkatkan tekanan mental. Pada dasarnya, otak manusia bekerja paling efektif ketika difokuskan pada satu tugas dalam satu waktu. Saat harus berpindah-pindah perhatian dengan cepat, fungsi kognitif menurun dan energi mental terkuras lebih cepat.

Kelelahan mental dapat dikenali dari berbagai gejala, seperti kesulitan fokus, kelelahan meskipun tidak ada aktivitas fisik berat, mudah lupa, serta munculnya rasa jenuh yang berkepanjangan. Dalam penelitian lain yang dipublikasikan oleh Jurnal Psikologi Ulayat (Widiastuti & Kurniawan, 2019), ditemukan bahwa individu dengan kebiasaan multitasking cenderung mengalami stres yang lebih tinggi serta penurunan daya ingat jangka pendek.

Tak hanya berdampak pada kesehatan mental, multitasking juga berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja. Alih-alih menyelesaikan lebih banyak tugas, individu justru bisa kehilangan efisiensi karena fokus yang terpecah. Sering kali, pekerjaan harus diulang akibat kurangnya perhatian, sehingga waktu yang dihemat justru terbuang sia-sia. Multitasking bisa terlihat sibuk, tapi belum tentu efektif.

Untuk menghindari mental fatigue, seseorang perlu mengatur skala prioritas, memberikan waktu istirahat secara berkala, serta meminimalkan gangguan seperti notifikasi gawai saat bekerja. Beberapa strategi seperti teknik Pomodoro (kerja fokus diselingi istirahat singkat) dan latihan mindfulness terbukti mampu meningkatkan kualitas konsentrasi sekaligus menekan stres.

Menjaga kesehatan mental bukan berarti mengurangi produktivitas, melainkan menemukan ritme kerja yang seimbang. Fokus pada satu hal dalam satu waktu dapat membantu otak bekerja lebih optimal. Ingat, produktivitas bukan tentang banyaknya tugas yang dilakukan bersamaan, tetapi tentang bagaimana menyelesaikannya dengan tenang dan efektif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun