Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi
Muhammad Rizqi Mohon Tunggu... mahasiswa

Mahasiswa teknik kimia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Karbon Aktif dari Ampas Aren: Solusi Untuk Limbah Tekstil Global

21 Juni 2025   22:34 Diperbarui: 21 Juni 2025   22:34 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sungai Berwarna dan Ancaman di Baliknya

Kita mungkin pernah melihatnya---aliran sungai yang tiba-tiba berubah warna: ungu, merah terang, biru pekat, atau bahkan hitam legam. Jika itu terjadi di dekat kawasan industri tekstil, besar kemungkinan itu adalah limbah pewarna yang dibuang tanpa pengolahan memadai.

Sementara kita menikmati pakaian berwarna-warni di lemari, ada harga lingkungan yang harus dibayar oleh bumi---dan itu tidak murah.

Di balik warna-warna cerah itu, ada senyawa sintetis kompleks yang sulit terurai secara alami. Mereka tidak hanya mencemari estetika lingkungan, tapi juga mengganggu rantai makanan, menghambat fotosintesis di perairan, bahkan memiliki potensi karsinogenik. Limbah pewarna tekstil bukan hanya masalah visual, tapi masalah hidup dan mati bagi ekosistem air.

Pertanyaannya, apakah kita harus terus membiarkan ini terjadi? Apakah harus menunggu solusi dari luar negeri dengan biaya tinggi dan implementasi rumit? Ataukah kita bisa mencari jalan keluar dari apa yang ada di sekitar kita?

Ternyata jawabannya bisa sesederhana itu: ampas aren.

Menemukan Emas dalam Limbah

Ampas aren adalah limbah padat yang dihasilkan dari penyadapan dan pemrosesan nira untuk membuat gula aren. Di banyak desa penghasil gula merah, limbah ini hanya ditumpuk atau dibakar. Padahal, di balik bentuknya yang tidak menarik, ampas aren memiliki kandungan karbon yang tinggi---dan ini adalah bahan baku potensial untuk karbon aktif.

Karbon aktif dikenal luas sebagai bahan penyerap (adsorben) yang sangat efektif. Digunakan mulai dari industri pengolahan air, makanan, hingga farmasi. Struktur porinya yang kompleks dan luas permukaannya yang besar membuatnya mampu menangkap molekul kecil seperti zat warna, logam berat, hingga senyawa beracun.

Namun, karbon aktif yang umum dijual di pasaran seringkali mahal karena diproduksi dari bahan impor dengan proses industri skala besar. Inilah yang mendorong dua mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret, Muhammad Rizqi dan Muhammad Rakha Raditya, untuk mencoba sesuatu yang berbeda: membuat karbon aktif sendiri, dari bahan lokal, murah, dan melimpah.

Mengapa Harus Peduli dengan Limbah Pewarna?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun