Mohon tunggu...
Rizma Erina
Rizma Erina Mohon Tunggu... Kepala Divisi Pemberitaan

Jurnalis, Editor, Solo Traveller, Voice Over Talent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Objektifikasi Perempuan Dalam Lagu "Mangku Purel"

22 November 2022   15:45 Diperbarui: 22 November 2022   16:51 1833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mangku purel neng karaokean

( Memangku Pemandu Lagu di Tempat Karaoke)

Ndemek pupu sampai munggah neng semeru

( Pegang Paha sampai Naik Ke Semeru/gunung )

Begitulah sepenggal Lirik Lagu Mangku Purel, Ciptaan Nurbayan yang sempat Trending satu di Youtube saat ini. Single Mangku Purel adalah karya lagu ciptaan Nur Bayan yang ke-227. Istilah Purel atau pemandu lagu wanita ini sering kita dengar di daerah Jawa Timuran. Istilah kerennya adalah LC atau Lady Companion. LC sendiri berprofesi sebagai pendamping untuk menemani atau menghibur tamu karaoke.

Mengutip kapanlagi.com edisi 14 November 2022, Nurbayan mengatakan Lagu ini bercerita tentang keresahan yang terjadi di masyarakat sekarang ini. Lagu ini mencoba memberikan edukasi, petuah ringan dalam konsep musik dan lirik yang berkomedi. Agar tak bersinggungan dengan pihak manapun maka dikemas ala komedi.

Tidak masalah memang. Tapi menurut saya, Meski lagu ini mengandung ajakan baik untuk tidak menjadikan kebiasaan bermain wanita ditempat karaoke, namun liriknya tetap saja masih ada yang menjadikan bagian tubuh perempuan itu sebagai objek. Dan nampaknya inilah yang jadi sisi menariknya di masyarakat, tanpa memikirkan usia berapa saja yang akan mendengarnya.

Para seniman musik itu pasti tahu bahwa tema tersebut yang akan digemari dan diterima masyarakat luas dan diamini industri music. Bisalah di cek di radio-radio atau bahkan didalam bus, atau di acara – acara kondangan pasti banyak diputar dan dinyanyikan lagu ini. Kenapa ya .. tidak ada yang menciptakan lagu tentang MC, bukan Master Ceremony ya.. Tapi Male Companion. Saya yakin pasti juga ada, seorang lelaki yang bekerja menemani tamu menyanyi tapi itu jarang terekspose dan kurang menarik.

Lirik lagu tentu saja bisa menjadi media untuk melanggengkan paradigma antara perempuan dan laki-laki di masyarakat. Dalam sebuah lagu, laki-laki secara stereotip digambarkan sebagai makhluk yang rasional, aktif, berkuasa, keras, menguasai peran dalam masyarakat, dan berperan sebagai subjek.

Kowe wes lali omah (Kamu  sudah lupa rumah)
Ora Uli Ulian (Tidak pulang – pulang)
Senengane Dolan Neng Karaokean (Sukanya main ditempat Karaoke)
Ngandengi Penyanyi (Menggandeng penyanyi)
Ora Cukup Siji (Tidak Cukup satu)

Namun Sebaliknya, perempuan sering dilekatkan dengan segala bentuk pelabelan negatif, seperti mahkluk yang suka menggoda, emosional, inferior, halus, lembut, setia, manja, bergantung, dan kedudukannya berada di bawah laki-laki. Tubuh perempuan menjadi objek pandangan, karena laki-laki menikmati dan menyukainya sebagai pemuas hasrat dan kepuasan. Laki-laki kerap mejadikan tubuh perempuan sebagai objek fantasi. Mulai sekitaran Paha sampai ke Payudara. Ini tergambar dari lirik Ndemek Pupu, Sampai Munggah Ning Semeru.. Pengunaan bahasa yang menyetarakan Gunung Semeru mengacu pada bagian payudara perempuan. Saya yakin deh, 1000 persen tanpa berfikir panjang, orang yang mendengar baik laki – laki maupun perempuan pasti akan langsung paham akan persesuaian ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun