Di tengah derasnya arus Revolusi Industri 4.0, peran teknologi semakin tidak dapat dipisahkan dari hampir setiap aspek kehidupan manusia. Namun, tantangan yang kini muncul bukan sekadar bagaimana teknologi dapat semakin canggih, melainkan bagaimana ia bisa dikembangkan secara berkelanjutan dan bermanfaat luas, terutama bagi sektor industri. Mahasiswa, khususnya dari bidang teknik dan vokasi, memiliki peran penting dalam membangun jembatan antara laboratorium dan dunia nyata.
Sayangnya, di Indonesia, inovasi teknologi dari kalangan mahasiswa seringkali berhenti di meja presentasi lomba atau laporan akhir proyek. Hanya sebagian kecil yang benar-benar mampu menjangkau dunia industri. Padahal, banyak inovasi mahasiswa yang potensial untuk dikembangkan lebih jauh: alat penyuling sederhana untuk desa, sistem monitoring energi berbasis IoT, hingga katalis dari limbah biomassa.
Salah satu penyebab keterbatasan ini adalah kurangnya ekosistem pendukung yang mempertemukan mahasiswa dengan dunia industri secara berkesinambungan. Inkubator bisnis kampus, peran dosen sebagai pembimbing industri, serta keterlibatan aktif perusahaan dalam membina riset terapan mahasiswa, menjadi faktor kunci yang perlu diperkuat.
Sebagai mahasiswa Teknik Kimia, saya pernah mengalami langsung bagaimana riset kecil di laboratorium tentang katalis karbon dari limbah sawit bisa memantik minat industri biodiesel. Proyek itu sederhana, tapi punya potensi besar. Ketika kampus memberi ruang bagi mahasiswa untuk mengenalkan ide kepada pelaku industri, proses validasi dan penyempurnaan menjadi lebih bermakna.
Inovasi tidak selalu harus besar atau mahal. Bahkan teknologi rendah sekalipun, jika sesuai dengan kebutuhan lokal dan berkelanjutan, memiliki nilai guna yang tinggi. Indonesia punya kekayaan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan melalui pendekatan teknologi tepat guna yang efisien, murah, dan ramah lingkungan.
Dorongan untuk membangun sinergi antara kampus dan industri harus dimulai dari dua arah. Kampus tidak hanya sebagai menara gading, melainkan sebagai mitra aktif dalam pembangunan. Sebaliknya, industri juga tidak boleh menutup pintu terhadap ide-ide segar dari anak muda. Butuh keberanian, ruang kolaborasi, dan kemauan untuk mencoba.
Jika semua pemangku kepentingan mau membuka diri, maka akan lahir generasi inovator yang bukan hanya menciptakan teknologi, tapi juga memastikan bahwa teknologi itu berkelanjutan, relevan, dan memberi dampak sosial nyata. Itulah misi teknologi masa kini: bukan sekadar mempermudah hidup, tapi juga memperbaiki dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI