Bulan Ramadan merupakan bulan Tarbiyah (bulan pembinaan). Selama Ramadan kita menjalani serangkaian proses pembinaan diri dengan program-program yang sudah disetting oleh Sang Maha Pembina dan Pendidik (Rabb). Keluar dari Ramadan, kita diharapkan menjadi pribadi yang bertaqwa (muttaqin). Taqwa itulah buah dari Ramadan.
"Dan sebaik-baik bekal adalah taqwa" (QS. al-Baqarah 197).
Dengan demikian, bulan Ramadan adalah bulan mencari bekal. Dan bekal itu adalah taqwa. Bekal yang kita peroleh dari Ramadan merupakan nilai-nilai yang akan kita aktualisasikan sepanjang waktu. Jadikan sepanjang hidup kita seolah-olah bulan Ramadan.Â
Di antara nilai-nilai tersebut, terdapat empat bekal pebinaan selama Ramadan yang dapat kita lakukan agar dapat melatih ketaqwaan kita agar menjadi lebih baik lagi, empat bekal tersebut ialah sebagai berikut.
Yang Pertama, Pengendalian Diri
Yang membatalkan puasa ialah makan, minum dan berhubungan suami istri di siang hari. Ini merupakan latihan agar kita sanggup mengendalikan dua macam syahwat (nafsu) yaitu syahwat perut dan syahwat kemaluan.
Disamping itu, terdapat pula hal-hal yang bisa mengurangi atau bahkan membatalkan pahala puasa. Hal-hal tersebut ialah pengumbaran syahwat anggota-anggota badan yang meliputi syahwat lisan, mata, telinga, tangan serta anggota-anggota badan yang lain. Dengan puasa, kita dilatih untuk mengendalikan syahwat anggota-anggota badan tersebutÂ
Yang Kedua, Interaksi Dengan Al-Qur'an
Bulan Ramadan merupakan bulan Al-Qur'an. Karena, dibulan inilah Al-Qur'an diturunkan. Al-Qur'an merupakan petunjuk bagiseluruh manusia pada umumnya dan bagi orang-orang yang bertaqwa (muttaqin) pada khususnya. Dengan demikian, salah satu ciri muttaqin ialah menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidupnya.
Untuk bisa demikian, kita harus senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur'an (mudaawamatut ta'aamul ma'alQur'anil Kariim). Dengan senantiasa mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an, kita akan menjadi generasi yang Robbani.
Yang Ketiga, Solidaritas Sosial
Dengan berlapar-lapar saat puasa, diharapkan empati dan solidaritas kita terhadap kaum dhuafa menjadi semakin kuat. Utuk itulah kita diperintahkan untuk banyak-banyak bersedekah di bulan Ramadan.
Di samping itu, di akhir Ramadan kita juga diperintahkan untuk menunaikan zakat fitrah, sebagai bukti bagi empati dan solidaritas kita tersebut.
Yang Keempat, Munajat dan Pendekatan Diri Kepada Allah
Amalan utama di bulan Ramadan ialah qiyamul lail. Dengan qiyamul lail, kita diajak untuk bermunajat dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah agar kita mendapatkan kecintaan dan karunia-Nya. Qiyamul lail merupakan sholat yang paling utama sesudah sholat fardhu.
Amalan utama yang lain ialah beritikaf, utamanya pada sepuluh hari yang terkahir. I'tikaf merupakan sarana munajat dan pendekatan diri kita kepada Allah dengan cara berdzikir dan berdo'a kepada Allah di rumah-Nya (Masjid). I'tikaf merupakan bentuk keterikatan seorang muslim pada masjid. Orang-orang yang terikat pada masjid merupakan sebagian dari mereka yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari akhir nanti. Masjid sendiri juga merupakan pusat aktivitas umat Islam.
Itulah beberapa di antara nilai-nilai Ramadan yang merupakan bekal bagi kita dalam menapaki hari-hari kita. Bekal taqwa yang kita bawa dari Ramadan harus kita jaga sepanjang waktu, dimanapun juga dan dalam kondisi yang bagaimanapun juga. Kita harus senantiasa istiqomah berada diatas jalan taqwa sampai kita dipanggil dalam sebaik-baik keadaan.