Mohon tunggu...
Rizky Kusmiyanti
Rizky Kusmiyanti Mohon Tunggu... Sekretaris - mahasiswa

QQ

Selanjutnya

Tutup

Money

Kondisi Pasang Surut Perekonomian Pedagang di Pasar Citeureup

5 Maret 2019   12:49 Diperbarui: 5 Maret 2019   12:53 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar tradisional merupakan salah satu sektor penting yang mendukung perekonomian rakyat. Di dalamnya, kepentingan rakyat kecil hingga kalangan menengah ke atas diwadahi. 

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dengan proses tawar menawar. 

Bangunan pasar biasanya terdiri atas kios-kios atau gerai, akses lebih luas bagi para produsen dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan pasar tradisional menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan, ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, barang-barang elektronik, dan jasa, serta menjual kue-kue.

Keberadaan pasar tradisional tampaknya masih mempunyai pangsa pasar yang cukup besar artinya masih banyak anggota masyarakat yang bersikap ekonomis untuk mendapat barang dengan harga murah dan memperoleh kepuasan maksimum. 

Penjual sayur mayur di Pasar Citeureup, Kabupaten Bogor, Karli Cahyono (48), mangatakan bahwa kondisi perekonomian mereka sedang mengalami pasang surut dikarenakan harga bahan pangan yang melonjak tinggi. Ia juga menambahkan, biasanya dirinya menghasilkan omzet per bulan sebesar Rp3.000.000.00 -- Rp4.000.000.00. Namun, akhir-akhir ini penghasilan omzet perbulan hanya Rp1.500.000.00 -- Rp2.000.000.00. Karli harus bersusah payah untuk mengasilkan omzet menjadi stabil.

"akhir-akhir ini sedang sepi pembeli, kalo lagi sepi dan yang gak laku tuh kalo dagangan dibesokin pasti sudah pada layu dan kadang suka ga kejual karena sudah pada layu. Kalo balik modal aja udah alhamdulillah," kata pedagang asal Citeureup itu, Rabu (27/02/2019).

Hal serupa pun dialami Lia (35), penjual bumbu rempah seperti bawang, lada, merica, dan lain-lain. Penjualannya mengalami penurunan, biasanya dalam sehari Lia dapat menjual 2-3 kg bawang putih dan merah, kini hanya 1 kg, itupun kadang masih tersisa. 

Menurunnya omzet ini dikarenakan berkurangnya pembeli karena sudah banyak pesaing-pesaing yang berjualan bumbu rempah di Pasar Citeureup. "kadang berjualan sampai sore, kalo lagi ramai pembeli ya sudah alhamdulillah, kadang ya gitu sepi soalnya juga sudah banyak saingan," Ujar Lia.

Banyaknya persaingan antara pelaku usaha sering dirasakan oleh konsumen. Jika persaingan sehat, konsumen memperoleh keuntungan. Sebaliknya jika persaingan curang konsumen pula yang dirugikan.

Pasang surut perekonomian pedagang ini seringkali dirasakan, tetapi mereka masih percaya jika rezeki selalu ada untuk mereka. "para pedagang harus selalu berusaha dan tetap sabar dalam menghadapi kondisi seperti ini, mau tidak mau harus dijalankan untuk kelangsungan hidup keluarga, berapapun upah yang di dapat harus diterima," tutur Evi (37), selaku pedagang beras.

Kondisi seperti ini kerap dirasakan oleh sebagian pedagang di Pasar Citeureup, Untuk saat ini, para pedagang tetap menjalankan tugas mereka sebagai pedagang pasar, mereka tidak menutup gerai atau kios tempat mereka berdagang karena mereka percaya kondisi seperti ini hanyalah sementara. untuk menstabilkan omzet mereka, mereka hanya menunggu waktu kapan kondisi akan stabil lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun