Mohon tunggu...
Kiki Hadi
Kiki Hadi Mohon Tunggu... Freelancer - Broadcater/ Manajer Program/ Radio MQ FM Jogja

Manusia otak kanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Perempuan Harus Bekerja

12 Agustus 2015   17:55 Diperbarui: 12 Agustus 2015   17:55 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ahhh, kalau sudah menikah itu tidak bisa bekerja lagi, karena harus mengurus suami, belum lagi kalau sudah punya anak, harus menyusuin anak, menidurkan anak. Kalau anak sudah besar harus antar jempu sekolah. Gak ada waktu lagi deh buat bekerja di luar. Kalimat tersebut sering kita dengar pada beberapa  perempuan ketika sudah tidak menjadi lajang.

Namun ada juga yang memutuskan meskipun sudah menikah, tetap menjatuhkan pilihanya untuk beraktifitas di luar rumah dengan memilih bekerja. Tentu setiap perempuan yang memutuskan untuk bekerja di luar, bukanlah  tanpa alasan, misalkan dia adalah tulang punggung keluarga, atau dia harus menghidupi dirinya sendiri,  sebagai aktualisasi diri atas ilmu yang telah didapat dibangku perkuliahan, membantu suami untuk  mencari nafkah, atau hanyalah  keinginan mendapatkan status social.

Alasan lain  tentulah , ketika perempuan sadar akan pendidikan tinggi, dan keterbukan pemikiran serta pergaulan yang luas, dapat dijadikan modal seorang Ibu, untuk menjadi  madrasah pertama untuk anak-anaknya. Selain itu ketika  perempuan yang bisa berkarya  akan dia akan memiliki kemandirian,  Bukan hanya ketika masih lajang, bahkan setelah menikah pun, perempuan sebaiknya tetap memiliki kemandirian. Setidaknya dalam mengurus segala pekerjaan rumah tangga, perempuan yang mandiri dan pintar tidak akan banyak bergantung pada suaminya. Perempuan yang pintar akan memahami pembagian tugas suami dan istri meskipun sama-sama bertanggung jawab terhadap kehidupan rumah tangga. Selain itu memiliki wawasan yang luas, ketika  perempuan yang pintar akan mampu berdiskusi dengan baik dalam hal apapun, bukan hanya soal rumah tangga. Meski kemudian tidak lagi bekerja alias menjadi ibu rumah tangga, perempuan yang pintar akan menjadi sahabat diskusi yang baik bagi suaminya.

Lalu bagaimana Islam memandang perempuan bekerja?,  tugas utama seorang perempuan adalah sebagai isteri dan ibu, bersama suami mengelola rumah tangga dan mendidik anak-anak.  Dan seorang isteri tidak diberikan kewajiban dalam mencari nafkah karena sesungguhnya beban mencari nafkah diberika kepada suami. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf.” (Al Baqarah: 233). Tempatkanlah mereka (para istri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang telah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka melahirkan.” (Ath-Thalaq: 6)

Dan sesungguhnya Islam tidak mewajibkan perempuan untuk mencari nafkah, namun jika dihadapkan pada kondisi-kondisi yang memnyebabkan perempuan harus bekerja, maka sebaiknya ketika perempuan memutuskan untuk bekerja adalah dengan meluruskan niat,  untuk benar-benar membantu suami dalam mencari nafkah, bukan hanya untuk menegjar karier, status sosial. Ataupun gengsi semata. Dengan seorang perempuan berkarya di luar, akan menambah penegtahuan dan memperkarya informasi, yang kelak bisa menjadi modal untuk madrasah yang baik untuk anak-anaknya. Dan dengan perempuan berkarya di luar akan dapat bermanfaat untuk sesama dalam bersyiar, dan tentu dengan catatan bahwa tetap memegang kaidah-kaidah syari’ah yang telah di tetapkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun