Mohon tunggu...
Rizki Jumpawan
Rizki Jumpawan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa ilmu komunikasi universitas islam indonesia

orang sumatera bengkulu, kuliah yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial

9 Juli 2020   10:56 Diperbarui: 9 Juli 2020   10:56 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kemiskinan dan kesenjangan sosial"

Rizki Jumpawan Kadar kemiskinan tidak lagi sekedar masalah kekurangan makanan, tetapi bagi warga masyarakat tertentu bahkan sudah mencapai tahap ekstrem sampai level kehabisan dan ketiadaan makanan. 

Potret kemiskinan itu menjadi sangat kontras karena sebagian warga masyarakat hidup dalam kelimpahan, sementara sebagian lagi hidup serba kekurangan. Kekayaan bagi sejumlah orang berarti kemiskinan bagi orang lain. 

Tingkat kesenjangan sosial luar biasa dan relative cukup membahayakan. Subtansi dari kesenjangan adalah ketidak merataan akses terhadap
sumber sosial. Masalah kesenjangan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan.

Alangkah tragisnya dampak kemiskinan karena telah membawa kematian, seperti yang banyak terjadi belakangan ini. Fenomena kemiskinan memang sangatlah kasatmata sebagai realitas berlapis -- lapis yang terus menjerit -- jerit, tidak sedikit orang terkapar yang disebabkan tidak tahan menderita kelaparan dan kekurangan gizi yang membuka jalan lebih cepat kearah kematian dini. Inilah proses kematian secara pelan -- pelan namun kejam. 

Tidak sedikit orang gagal mengelola rasa lapar dan kemiskinan. Kekalutan hidup itu menghancurkan harapan, merasa diri kalah dan tidak berdaya, serta fakta yang ada, pada orang tertentu tergiring menempuh jalan pintas dengan bunuh diri sebagai upaya membebaskan diri dari situasi tertekan.

Tindakan bunuh diri dianggap, liberatif. Tidak semua tindakan bunuh diri karena persoalan ekonomi, namun bisa saja faktor lain. Namun , kasus bunuh diri karena alasan ekonomi termasuk sangat tragis karena memperlihatkan pudarnya rasa kemanusiaan dan kepedulian.

Jatuhnya korban karena kemiskinan sekaligus memperlihatkan kemiskinan lain, yaitu kemiskinan nurani kolektif bangsa dan lemahnya kepedulian. Para pemimpin juga kehilangan sensivisitas atas nasib rakyat yang bergulat dengan kemiskinan. Sebagian uang bagi program
perbaikan nasib warga miskin dicuri dalam praktik korupsi yang semakin hari semakin kompleks dan merambak luas dari pusat sampai ke daerah -- daerah, kemiskinan nurani sedang menghampiri kaum elit bangsa ini.

Dampak kemiskinan nurani ini sangatlah luar biasa sebagai kejahatan dengan membiarkan sebagian warga masyarakat menderita dan bergulat dengan kesulitan hidup.

Persoalan kemiskinan terasa semakin dramatis karena berlangsung di negeri yang digambarkan sangat kaya sumber daya alam. Masih ada sebagian warga masyarakat untuk dapat makan sekali sehari saja sulit. Karena itu, ketika kebangkitan nasionalisme tidak bisa meningkatkan taraf hidup berperadaban, nasionalisme dapat meredup dan luruh dengan sendirinya sebagaimana yang kita alami dewasa ini. 

Kemiskinan structural dan cultural yang permanen dalam kehidupan membuat karakter bangsa ini makin terpuruk. Akibatnya, bangsa ini kehilangan jati diri, yang membuatnya makin sulit membangkitkan kembali semangat nasionalismenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun