Mohon tunggu...
RIZKI FEBY WULANDARI
RIZKI FEBY WULANDARI Mohon Tunggu... Editor - Mencoba menyelaraskan kata dan laku.

Menorehkan segala ambisi dan luka di atas tinta, bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja terdapat kelegaan di sana. Pelajaran yang tercatat tidak akan musnah meski waktu menggerusnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kata Siapa Skripsi Tidak Bisa Mengubah Dunia

19 Desember 2022   22:01 Diperbarui: 19 Desember 2022   22:10 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Skripsi tentang mengenali diri sendiri, tentang bertahan atau mati, terluka dan mengobati, memahami hidup yang sering memakan hati, menikmati luka sembari merayakan keberhasilan kecil sendiri.

Banyak yang salah kaprah perihal per-skripsi-an. Banyak yang menganggapnya formalitas belaka yang memperlama di bangku perkuliahan. Padahal, ini kesempatan refleksi yang sediakan kampus untuk kita minimal lebih paham dengan diri.

Sebelum akhirnya kita terjun ke dunia luar yang mungkin lebih ngeri lagi. Makanya skripsi menjadi momen untuk berbincang, merenung, mempersiapakan diri sesiap mungkin untuk terjun dari dunia perkuliahan menuju tempat kerja yang keras tanpa ampunan.

Tulisan ini dibuat penulis saat sedang patah, namun masih berusaha mencari hikmah. Siapa sih yang enggak pingin lulus cepet?

Mohon, maaf sebelumnya ini bukan alibi penulis karena mentolerir stigma "wisuda nanti gapapa lah ya". Bukan!!!

Silakan wisuda secepatnya, siap sesiapnya, dan tangguh setangguhnya. Ini hanya beberapa pelajaran yang penulis dapatkan dari ketertundaan.


Apakah penulis menginginkan wisuda secepatnya? Tentu jawaban yang jelas IYAAA. Siapa sih yang pingin terus-terusan membebani orang tua? Siapa yang pingin sendirian di kampus swasta?

Skripsi: Persiapan Bukan Balapan

Motivasi yang bener emang harus dari diri sendiri. Kalau dari postingan bapak2.id bilang, jika ada kegagalan cek dulu. Siapa tahu motivasinya kurang kuat, jadi daya juangnya juga berbanding lurus. Ini yang penulis garis bawahi.

Kita tidak boleh menutup mata, bahwasanya ketercapaian kawan untuk wisuda yang ingin segera itu tidak lain dan tidak bukan karena usahanya berjuang. Silakan cek, usaha diri sendiri sudah sejauh mana?

Jika belum jauh, ya sudah intropeksi dan lebih gigih lagi. Jangan malah menyepelekan yang ingin segera lulus dari bangku perkuliahan.

Cek juga motivasi kita lulus cepet itu apa? Ingin kaya temen yang sudah secepatnya pendadaran dan dapat gelar?

Kalau motivasi kita ingin berkejaran dengan kawan, fokus mu hanya tergerus pada kawanmu. Sedangkan skripsi sendiri membutuhkan banyak fokus yang harus terpusatkan.

Toh, nantinya jika selesai skripsimu tergarap tidak karuan. Kalau gagal hanya makan ati yang didapatkan. Lagian, untuk apa kejar-kejaran jika tujuan masing-masing kawan tidak serupa, bukan?

Kalau kawan wisuda duluan. Kamu masih di perjalanan karena memang masih banyak yang perlu disiapkan untuk masa depan, bukan masalah yang besar asal kamu tetap jalan. Nanti pasti bertemu di persimpangan dengan kebanggaan dan rasa syukur masing-masing berdasarkan kelapangan ya, bukan?

Skripsi: Mengenal Diri Sendiri

Hayo, ingat skripsi bukan ajang balapan wisuda tercepat untuk hidup termapan. Per-skripsi-an ini merupakan persiapan atau bisa dibilang Latihan.

Latihan apa? itu tadi latihan mengenal diri sendiri sebelum di dunia luar yang lebih ngeri. Bagaimana kita bisa menaklukan diri dari kemalasan, bagaimana mengontrol emosi, bagaimana tingkat ketahanan kita saat dihadapkan pada kendala, dan yang melenakan bagaimana menggunakan waktu yang teramat luang ini?

Dari sinilah, kita bisa melihat kekurangan atau celah sadar yang kita maklumi dan menjadi kebiasaan. Hingga pada akhirnya ditemukan jawaban yang menghambat kita pada kemajuan itu apa?

Kalau udah ketemu, saatnya memperbaiki mumpung masih punya beberapa waktu luang yang terbilang lumayan singkat ini. Sudah fokus saja dengan dirimu sendiri. Orang lain saat melihat keberhasilan kita paling mengapresiasi hanya beberapa detik saja. Terkagum iyaa. Tapi kamu sendiri yang merasakan rasa bangga atau tidaknya.

Masa iya kuliah beberapa tahun, tergesa dan tidak peduli pada diri hanya karena pengen segera wisuda lalu mengerjakan skripsi sekadarnya?

Skripsi ku: Mengubah Dunia

Oiya, sebelumnya mohon maaf nii, penulis dari awal bukan golongan yang mendukung stigma yang mengatakan bahwasanya, "Skripsimu enggak akan mengubah dunia, udah kerjain sekenanya aja". Pengerjaan skripsi sekadarnya itu bagaimana? Penulis bukan menyarankan dalam pembuatanya harus sempurna lho yaaa...

Bukan, hanya saja dalam pengerjaan skripsi perlu minimal kamu nikmati kalau belum bisa memaknai. Dari sini lah kamu bisa menemukan diri kamu sendiri lalu mengubah menjadi lebih baik. Hingga kamu bisa dengan tangan dan pikiranmu mampu mengubah dunia.

Pengerjaan skripsi yang sepenuhnya bergantung pada dirimu sendiri. Meskipun ada dosen pembimbing beliau perannya hanya mendampingi dan memberi saran masukan. Selebihnya ya kamu yang harus mengerahkan segala cara untuk maju.

Seperti contoh, jika dilihat seperti ada tantangan yang menghadang dalam penelitian dosen pembimbing penulis selalu mengatakan bahwasanya "Yaa, memang itu seninya meneliti, bagaimana membuat responden nyaman dan tidak bosan denganmu. Hingga ia menceritakan keadaan lapangan apa adanya."

Kesendirian juga membahayakan. Komponen itu cukup mampu membentuk dirimu. Pernah mendengar wejangan yang mengatakan, kebanyakan dosa dilakukan saat sedang sendirian atau minimal tidak banyak orang? Setan mulai bergentayang dan menghasut manusia untuk menghalalkan segala cara karena tidak akan ketahuan orang.

Ini lah, kejujuran dan integritas kita dilatih dan diuji ketahanannya. Jika semenjak kuliah aja sudah tidak ada kejujuran, bagaimana di tempat kerja yang kebanyakan idealisme sudah tergadaikan keadaan.

Semua terpaku pada dirimu bagaimana caramu mengatur diri kamu sendiri. Kedewasaan di sini juga tersentuh rasa tanggung-jawab penuh menghadapi rasa malas, skripsi yang membosankan lalu bukan prioritas, hingga revisi tak pernah disentuh sama sekali, sedangkan kegiatan lain yang ngga penting menjadi daily.

Kembali kepada diri sendiri, apalagi yang sudah menyambi kerja, harus lebih ketat juga dalam pengelolaan waktu, tenaga, dan pikirannya. Penulis tambah salut juga pada mahasiswa yang seperti ini.

Ia menyadari bahwasanya waktu yang teramat luang ini sayang jika tersia-siakan tanpa mencicipi pengalaman dunia kerja sekalian curi start. Hanya perlu diingat juga kestabilan kondisi badan dan pikiran. Biar tidak gampang sakit dan stress.

Bagi pembaca yang termasuk mahasiswa akhir juga, di sini penulis tidak menuntut kalian harus lulus secepatnya. Engga penting lagi waktu lulus, yang terpenting sekarang, buka dulu laptopnya, coba sayangi skripsi karena ia yang akan mengantarkanmu mengenali diri sendiri dari sanalah kedewasaanmu yang sedikit banyak mampu mengubah dunia.

Salam refleksi dari Feby

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun