Mohon tunggu...
M. Rizki Darmawan
M. Rizki Darmawan Mohon Tunggu... Administrasi - Suka menulis lulusan manajemen komunikasi univ di Bandung

Ayo hobby menulis..Siapa tahu bermanfaat??

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Anak Manja

28 Februari 2012   00:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:50 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Adik sekolah disini”,sepotong suara yang sedikit parau dengan intonasi yang datar tiba-tiba mampir di telinga saya disertai sebuah sentuhan ramah di pundak.Seorang lelaki , berbadan tegap, dengan paras yang agak gelap dan tampak berusia sekitar 45 tahunan yang duduk di samping saya inilah yang mengajukan pertanyaan tadi.Pertanyaan ini memang lebih sebagai “ice breaker” saja untuk memulai perkenalan dan kemudian percakapan singkat yang membahas tentang anak sekolah pada dua jaman yang berbeda yang mengambil tempat di halaman salah satu sekolah unggulan di kawasan Jakarta Selatan ini.

1330390054473963612
1330390054473963612

Sambil memperhatikan deretankendaraan yang parkir di halaman sekolah,lelaki tadi melanjutkan pandangan, cerita, dan juga kisahnyatentang kehudupan anak sekolah di masa kini. Selain itu dia juga berkisah tentang sekilas sejarah kehidupannya yang hampir mendekati setengah abad itu.

Ini sekolah anak manja”, komentarnya lagi sambil tersenyum ramah. Belum sempat saya terkaget-kaget dengan komentar itu, pria tadi melanjutkan dengan alasannya memberikan stigma anak manja tadi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak-anak yang sekolah disini kebanyakan berasal dari keluarga yang tergolong mampu dan hampir semuanya diantarjemput oleh kendaraan pribadi. Kemacetan di sekitar sekolah pada saat sekita masuk dan pulang sekolah membuktikan hal itu.Demikian kesimpulan dari komentarnya yang panjang lebar tadi.

13303900791417256705
13303900791417256705

Pria tadi menyulut sebatang rokok dan kemudian melanjutkan monolog nya. Menurutnya, sekolah seperti ini kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan anak dari lapisan masyarakat yang lain. Akibatnya anak menjadi kurang peka terhadapa masalah sosial dan cendrung terobsesi pada dunia mereka sendiri. Hampir semua anak memiliki gadget berupa HP atau BB. Pasti yang tidak punya akan merasa gengsi dan kemudian minta ke orang tua, akibatnya banyak kemungkinan gangguan pada proses ajar-mengajar yang ada di sekolah.

Yang menarik, pria tadi juga bercerita bahwa, saat ini dia baru bekerja sekitar satu bulan sebagai supir pribadi dan kebetulan sedang menjemput salah satu anak yang sekolah disini. “Tadinya saya bekerja di salah satu perusahaan swasta, namun karena perusahaan mengalami kesulitan keuangan, saya pun terkenea PHK”, tambah sang “supir baru” tadi.

Kemudian kisahnya pun berlanjut dengan kehudupannya selama sekolah menengah di kota asalnya di akhir tahun 1970 dan awal tahun 1980an.Pada saat itu, di sekolah saya, anak-anak lebih terbuka pada realitas kehidupan.” Ada teman saya yang sekarang menjadi pegawai negri, dokter, wiraswasta, dan juga tukang becak.”.

Selain itu, yang paling berkesan dari ceritanya adalah mengenai keberagaman latar belakangsiswa sekolahnya pada waktu . Ada yang berasal dari keluarga pengusaha, pejabat tinggi, dan juga anak-anak dari keluarga kurang mampu seperti dirinya. Dia juga bercerita, banyak temannya yang berasal dari keluarga kurang mampu juga bisa sukses dalam belajar dan pada saat ini telah “sukses” dalam kehidupan dan memiliki kedudukan yang terpandang di masyarakat.

Di sekolah itu, anak-anak berjalan kaki, naik sepeda, sepeda motor, dan hanya sedikit yang diantarjemput dengan kendaraan pribadi. Menurut lelaki tadi sekolah pada jamannya adalah sekolah anak tidak manja dan bisa disebut sebagai sekolah yang selain memberikan ilmu pengetahuan juga memberikan pendidikan akan kehidupan yang sejati.

Wah, jadi harus berfikir keras nih. Apa benar saya sekolah yang ada di depan saya ini benar-benar “Sekolah Anak Manja”. ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun