Mohon tunggu...
Rizki Aldiansyah
Rizki Aldiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 UIN Malang

Suka Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memilih Antara Microservices dan Monolith: Panduan Stategis untuk Arsitektur Perangkat Lunak yang Tepat

25 Juni 2025   12:40 Diperbarui: 25 Juni 2025   10:59 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Monolith Vs Microservices  (Sumber: Chatgpt)

Skalabilitas yang Dibutuhkan: Jika aplikasi memerlukan skalabilitas granular dan elastis, microservices menawarkan solusi yang lebih baik.

Tim dan Sumber Daya: Microservices membutuhkan tim dengan keahlian DevOps dan manajemen layanan yang lebih matang. Monolith cocok untuk tim kecil dengan sumber daya terbatas.

Kecepatan Deployment dan Perubahan: Microservices memungkinkan deployment independen sehingga perubahan dapat dilakukan lebih cepat tanpa mengganggu sistem lain.

Teknologi dan Infrastruktur: Microservices memerlukan infrastruktur yang mendukung containerization, orkestrasi (misal Kubernetes), dan monitoring yang kompleks.

***

Pemilihan arsitektur perangkat lunak, antara monolitik dan microservices, merupakan keputusan strategis yang harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik proyek. Arsitektur monolitik cocok untuk aplikasi berskala kecil hingga menengah karena kesederhanaan dalam pengembangan, debugging, dan deployment. Namun, pendekatan ini memiliki keterbatasan dalam skalabilitas dan pemeliharaan seiring pertumbuhan aplikasi.

Sebaliknya, arsitektur microservices menawarkan fleksibilitas, skalabilitas, dan ketahanan yang lebih tinggi, sangat sesuai untuk sistem kompleks dan dinamis. Meskipun demikian, microservices juga membawa tantangan teknis yang signifikan, seperti manajemen komunikasi antar layanan, orkestrasi, dan kebutuhan akan infrastruktur yang lebih canggih.

Oleh karena itu, keputusan arsitektural harus mempertimbangkan ukuran dan kompleksitas aplikasi, kebutuhan skalabilitas, kapasitas tim, kecepatan pengembangan, serta kesiapan infrastruktur. Dengan pertimbangan yang tepat, organisasi dapat memilih arsitektur yang mendukung pertumbuhan aplikasi secara berkelanjutan dan efisien.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun