Dalam dunia kerja, perbedaan dalam sudut pandang dan argumentasi antara atasan dengan bawahan kerap terjadi. Hal ini bisa menjadikan suatu hasil positif ataupun negatif, yaitu hasil positif yang di hasilkan akan menjadikan tolak ukur bahkan wawasan dan pengalaman kerja yang lebih baik, namun hasil negatif yang dapat di hasilkan yaitu keretakan hubungan antara atasan dan bawahan. Namun, bagaimana kalau ternyata kita memiliki atasan yang tidak memiliki jiwa leadership dan kompetensi  diri dalam memimpin timnya dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya?.
    Salah satu jenis atasan yang paling menantang dan berpotensi merusak lingkungan kerja atau bahkan melakukan pembunuhan karakter terhadap bawahannya adalah atasan yang toxic. perilaku toxic dari seorang pemimpin dapat menyebar ke seluruh tim, menciptakan budaya kerja yang tidak sehat dan meningkatkan turnover karyawan. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk mengenali dan mengatasi masalah kepemimpinan toxic demi kesuksesan jangka panjang perusahaan dan kesejahteraan karyawannya.
Alangkah baiknya kita mengenali ciri – ciri dari atasan yang toxic, berikut adalah ciri – ciri nya :
- Micro Management, yaitu tidak mampu mempercayai bawahannya dan cendrung terlalu mengawasi berlebihan yang akhirnya mempersempit ruang gerak kreativitas bawahannya.
- Narsistik, selalu merasa menguasai dan mengerti semuanya yang membuat dirinya haus akan pujian dan ‘sorotan’ semua orang. Biasanya, berfokus pada pengakuan atau validasi orang lain dan tidak memperhitungkan kesuksesan team.
- Komunikasi buruk, sering terjadi miskomunikasi dalam memberikan arahan yang dapat menghambat kinerja team. Tidak jarang ciri seperti ini selalu menggunakan nada bicara yang tinggi dan bahasa yang kasar.
- Manipuatif, ciri ini berkaitan dengan prinsip fundamental yaitu ketika orang tersebut menyalahkan orang lain atas kesalahan atau ketidakpahamannya dalam mengemban suatu tanggung jawab serta cendrung mengambil keuntungan pribadi.
- Minim empati, atasan yang memiliki rasa kurang empati terlihat saat ketika team-nya atau bawahannya mengalami kesulitan (contoh : Kecelakaan kerja, tidak achive, non-performance).
- Anti-Kritik, sikap ini dapat dilihat ketika seorang atasan di hadapkan oleh sesuatu yang di sampaikan secara lisan maupun tulisan meskipun yang di sampaikan sesuai fakta dan secara konstruktif.
Penyebab atasan memiliki sikap toxic
    Faktor penyebab seorang leader atau atasan memiliki sikap yang toxic dalam pekerjaan bisa timbul dari berbagai faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor – Faktor tersebut tentunya dari berbagai aspek seperti kehidupan pribadi maupun lingkungan sekitar, adanya hal tersebut menjadikan perilaku seseorang menjadi toxic people terhadap individu lain dan kehidupan di masa yang akan datang. Faktor penyebabnya diantara lain :
- Trauma masa lalu, merupakan hal – hal yang membekas pada benak seseorang yang artinya traumatik yang dialami oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan karakter serta sikap di masa yang akan datang. Sebagai mana contohnya, korban bullying, selalu mendapatkan perlakuan diskriminatif, kegagalan dimasa lalu.
- Lingkungan pertemanan, salah satu faktor penyebab seseorang memiliki sikap toxic yaitu lingkungan pertemanan (circle) yang mana faktor ini mempengaruhi beberapa aspek seperti sudut pandang, tata bahasa, intonasi bicara, dan pola berpikir.
- Gangguan psikologi, dalam hal ini di butuhkan diagnosa khusus dan pengamatan yang lebih teliti karena gangguan psikologis ini dapat mengganggu kesehatan mental bawahannya yang menjadi korban karena hal tersebut. Sebagaimana contohnya seorang pengidap NPD, bipolar, dsb.
- Latar belakang pendidikan, pada dasarnya manusia memiliki 3 kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual (intellectual quotient), kecerdasan emosional (emotional intelligences), kecerdasan spiritual (spiritual quotient). Dari ketiga kecerdasan tersebut, ketiganya ada dalam proses pembelajaran di sekolah dari sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi. Sebagai pondasi awal perbekalan seseorang agar siap untuk mempraktikannya di dalam lingkungan masyarakat yang bersifat heterogen secara nyata. Minimnya tingkat pendidikan yang di terima oleh sesorang menjadikan orang tersebut tidak mampu mengatasi persoalan yang dialami dan berfikir secara rasional.
Efek atau dampak yang di rasakan bawahan/karyawannya.
     Dampak negatif yang di timbulkan dalam hal ini berfokus pada bawahannya yang mana bawahan akan selalu mendapatkan perlakuan yang kurang baik di sepanjang jam kerjanya.
- Mengalami gangguan emosional, gangguan emosional yang di dapatkan di tempat kerja akan ada kemungkinan terbawa sampai lingkungan keluarga karena tekanan emosional.
- Frustasi, karena mendapatkan perlakuan yang buruk memungkinkan seseorang khususnya karyawan / bawahan menjadi pribadi yang frustasi
- Penurunan kualitas kerja, karena terganggunya sistem kesehatan mental dan emosional maka kualitas kerja yang seharusnya dapat di maksimalkan justru menjadi berkurang karena adanya beban emosional.
Cara menghadapi atasan dengan toxic leadership