Mohon tunggu...
La BolonG
La BolonG Mohon Tunggu... Penulis

_

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kuyang Part 3 : "Warisan yang terputus".

12 April 2025   10:19 Diperbarui: 12 April 2025   10:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

 Warisan yang Terputus

Malam itu, jeritan dari makhluk yang menyerupai Mak Ijah menggema di seluruh Desa Lamut. Warga berhamburan dari rumah Bu Lestari. Sebagian menangis, sebagian pingsan, dan sebagian lagi hanya bisa membeku, menyaksikan pemandangan yang tak bisa dijelaskan oleh akal manusia.

Pak Ranu jatuh berlutut, tangannya gemetar saat memegang botol jamu darah. "Dia belum sepenuhnya mati... Arwahnya masih terikat di dunia," katanya lirih.

Bu Lestari menatap mata merah menyala itu, merasa seperti ditarik masuk ke dalam pusaran dendam. Tapi dalam sekejap, sosok kuyang itu menghilang bersama hempasan angin, meninggalkan bekas darah di ambang jendela dan aroma amis yang menyesakkan.

Keesokan harinya, kabut tebal menyelimuti dusun Lamut meski matahari sudah tinggi. Bu Lestari kembali ke rumah Mira. Bayi itu tampak sehat, tapi ada hal ganjil. Di pergelangan kakinya muncul bercak merah seperti bekas cakar kecil. Mira bilang, tiap malam bayinya terbangun dengan mata terbuka lebar tapi tidak menangis, hanya menatap ke langit-langit.

Bu Lestari memutuskan mencari jawaban. Ia dan Pak Ranu menggali lebih dalam sejarah Mak Ijah. Di sebuah peti kayu tua peninggalan neneknya, Pak Ranu menemukan naskah kuno berbahasa Banjar, berisi mantra pemutus warisan kuyang.

"Mak Ijah bukan sekadar jadi-jadian," ujar Pak Ranu. "Dia bagian dari garis keturunan. Warisan itu berpindah  bukan hanya ke darah, tapi ke roh yang lahir dalam lingkaran waktu tertentu."

Bu Lestari membeku. "Maksudmu... bayi Mira?"

Pak Ranu mengangguk perlahan. "Bisa jadi dia adalah wadah baru. Kalau benar, maka malam purnama berikutnya... sesuatu akan terbangun dalam dirinya."

Menjelang malam Jumat, kabut makin tebal. Bayi Mira tertidur pulas, tapi tubuhnya dingin, dan di dadanya muncul guratan merah berbentuk bulan sabit. Di luar, suara langkah kaki terdengar di atap-atap rumah. Tak ada seorang pun yang berani membuka pintu.

Lalu terdengar tangisan  bukan dari bayi, tapi dari seorang perempuan dewasa. Suara itu bergema dari arah sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun