Jamu Darah
Dua minggu setelah kejadian malam persalinan Mira, suasana Desa Lamut belum sepenuhnya pulih. Banyak warga yang mulai resah. Ayam-ayam mati mendadak dengan leher robek, dan suara langkah kaki tanpa wujud sering terdengar di atap rumah saat dini hari.
Bu Lestari mulai curiga. Ia teringat pada perempuan tua penjual jamu yang hilang --- Mak Ijah. Dulu Mak Ijah sering datang ke rumah-rumah warga membawa jamu pahit, tapi banyak juga yang bilang ia menyimpan ilmu hitam.
Yang membuat Bu Lestari gelisah, ia menemukan sesuatu aneh di dekat tempat Mak Ijah biasa duduk di pasar: botol kecil berisi cairan merah pekat yang dikubur setengah di tanah. Saat dibuka, baunya amis dan menyengat. Di dalamnya ada rambut halus dan potongan kuku. Bu Lestari langsung memanggil Pak Ranu, dukun tua yang masih dihormati di desa.
Pak Ranu memeriksa botol itu dan wajahnya langsung tegang.
"Ini jamu darah. Biasa digunakan oleh kuyang untuk mempertahankan kekuatannya. Kalau benar ini milik Mak Ijah... kita dalam bahaya besar."
Malam itu, mereka mengadakan ruwatan kecil upacara pembersihan di rumah Bu Lestari. Warga berkumpul, membawa sesajen dan membakar kemenyan. Tapi angin malam tiba-tiba berembus sangat kencang, menerbangkan sesajen dan memadamkan obor.
Dari kejauhan, terdengar suara bayi menangis. Tapi tidak ada bayi di sana.
Suara itu makin dekat... dan makin nyaring. Tiba-tiba, jendela rumah Bu Lestari terbuka sendiri. Di sana, melayang wajah Mak Ijah atau yang menyerupainya dengan mata merah membara dan isi perut berlumuran darah.
Ia berteriak, "Anakku! Kembalikan darahku!"
Tinggal like dan komen lanjut, untuk ke part 3.