Mohon tunggu...
Rizki Muhammad Iqbal
Rizki Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Suka makan ikan tongkol

Hari ini adalah besok pada hari kemarin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Komponen AGIL dalam Teori Sistem Talcott Parsons dan Relevansinya dalam Kehidupan Sosial

21 November 2020   19:45 Diperbarui: 6 Maret 2022   03:00 16058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pinterest.com/djacademe

Dalam kehidupan sosial, individu-individu selalu menjadi bagian dari suatu kelompok masyarakat tertentu untuk mengaktualisasikan peran yang sesuai dengan dirinya sendiri. Begitu pula individu di dalam organisasi mau pun komunitas. Di dalam kelompok-kelompok tersebut selalu ada keteraturan sosial dari peran-peran yang berbeda untuk tetap menjaga kelestarian sistem yang ada. Setidaknya, tema besar inilah yang menjadi fokus dari seorang sosiolog fungsionalis struktural yang sangat berpengaruh, Talcott Parsons.

Talcott Parsons lahir di Colorado Springs, Amerika Serikat, pada 13 Desember 1902 dan meninggal pada 8 Mei 1979 di Munich, Jerman. Beliau banyak dipengaruhi secara dominan oleh ide-ide dari teoritisi terkemuka, Max Weber. Bahkan, Talcott Parsons juga menerjemahkan karya Weber yang paling terkenal, yakni Protestan Ethics and Spirit of Capitalism. Kemudian beliau juga memantapkan orientasi teoritisnya ke arah sistem sosial.

Agar sistem dapat berjalan dengan baik, maka para aktor harus menginternalisasi nilai-nilai dan norma yang diproduksi oleh sistem untuk menjaga kelestarian sistem itu sendiri. Selain itu, aktor dipandang sebagai bagian atau instrumen yang memiliki peran yang fungsional dalam suatu sistem sosial. Sebagaimana dalam Teori Sosiologi (Ritzer & Stepnisky, 2019: 274) disebutkan bahwa "aktor dipandang bukan dalam kerangka pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan melainkan tidak lebih dari sebundel status dan peran".

Di sini, Talcott Parsons memandang bahwa aktor dikendalikan oleh sistem, bukan aktor yang menciptakan dan memelihara sistem (Ritzer & Stepnisky, 2019: 275). Sebagaimana dalam organisasi, seseorang yang ingin ikut andil dan masuk ke dalam keanggotaan organisasi tersebut, sebelumnya harus melalui serangkaian tes yang diadakan oleh organisasi tersebut. Di dalam tes itu akan muncul pola sosialisasi yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Dalam hal ini, aktor bisa menginternalisasikan nilai dan norma itu ke dalam dirinya sendiri. Sama halnya ketika kita mendaftar kerja atau pun sekolah---harus bisa mematuhi segala aturan dan sistem yang ada.

Sistem sosial dari Talcott Parsons bisa dirangkum dalam komponen AGIL (Adaptation, Goal-Attainment, Integration, Latency). Secara makro, terdapat empat tipe institusi sosial untuk menjaga suatu keutuhan sistem sosial dalam kehidupan bermasyarakat (Ritzer & Stepnisky, 2019: 276), yakni adaptation (institusi ekonomi); goal-attainment (institusi politik); integration (institusi hukum); dan latency (budaya; sosialisasi/institusi pendidikan). Keempat tipe institusi itu bisa diurutkan dari yang konkret sampai yang paling abstrak---mulai dari ekonomi yang konkret sampai nilai budaya yang abstrak.

Saya mencoba mengambil contoh sederhana. Di desa saya, permasalahan muncul ketika teratak (atap atau tenda besar yang biasa digunakan untuk acara pernikahan atau pun kematian seseorang) sudah rusak akibat termakan usia. Selain itu, organisasi kepemudaan tidak memiliki cukup dana untuk membeli teratak yang baru. Kemudian kami---organisasi kepemudaan---melakukan rapat atau pertemuan besar dari seluruh pemuda di desa untuk mendiskusikan langkah-langkah yang akan kami terapkan untuk menghimpun dana. Kami bersepakat untuk mengadakan ronda dan jimpitan (kegiatan mengambil barang berupa uang recehan yang dimasukkan di dalam sebuah wadah kecil pada setiap rumah). Lalu ada juga kesepakatan tentang sanksi bagi seseorang yang tidak melaksanakan tugas atau perannya dengan baik.

Dalam hal ini, persoalan yang ada di desa saya berasal dari ketidaksediaan uang kas yang cukup untuk membeli teratak desa. Sebagaimana adaptation atau institusi ekonomi menggambarkan sistem dalam kehidupan bermasyarakat sangat bergantung pada fenomena-fenomena konkret yang sedang terjadi dalam lingkungannya (Kevin Nobel, 2020: 89). Permasalahan yang konkret (ekonomi) ini akan berdampak pada persoalan yang lainnya. Kemudian, pemuda desa mengadakan sebuah pertemuan besar untuk mendiskusikan langkah-langkah yang tepat untuk menghimpun dana sekaligus sebagai kegiatan sosial rutin yang ada di desa. Pertemuan ini mencerminkan goal-attainment atau sistem politik untuk melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan mengejar tujuan-tujuan masyarakat dan memobilisasi para aktor dan sumber-sumber daya menuju tujuan itu (Ritzer & Stepnisky, 2019: 276). Dengan kata lain, pertemuan yang diadakan oleh seluruh pemuda di desa ini adalah suatu wujud solusi bagi persoalan di desa melalui konsensus yang dibentuk dari serangkaian diskusi dalam mengarahkan perkembangan masyarakat sekaligus berupaya mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Meski begitu, rencana yang disepakati oleh pemuda desa tidak akan bertahan lama tanpa adanya unsur legalitas atau hukum---integration. Parsons menjelaskan bagaimana hukum (integration) berfungsi untuk membuat sebuah ikatan yang lebih kuat dalam mengatur pola perilaku bermasyarakat (Kevin Nobel, 2020: 90). Sebagaimana dalam konsep "sanksi" berdasarkan kesepakatan para pemuda berfungsi sebagai unsur yang memberikan ikatan dan memperkuat konsensus yang telah disepakati bersama agar bisa bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Tanpa adanya sanksi ini, kegiatan jimpitan sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama tidak akan bertahan lama. Selain itu, fungsi dari legalitas hukum ini berfungsi sebagai upaya untuk melestarikan sistem sosial dan memaksa para aktor untuk bersikap konformis terhadap hukum-hukum tersebut. Kemudian, agar sistem ini tetap berjalan sebagaimana mestinya, maka para aktor atau pemuda desa menginternalisasi nilai dan norma serta budaya yang ditularkan melalui proses sosialisasi. Kegiatan sosial berupa jimpitan dan ronda malam tentu akan semakin memperkuat ikatan sosial di antara para anggotanya sekaligus menghidupkan nilai-nilai budaya yang dulu sempat terhenti. Inilah fungsi dari latency (budaya). Dalam Teori Sosiologi (Ritzer & Stepnisky, 2019: 276), disebutkan bahwa "sistem kepercayaan menangani fungsi latensi dengan menularkan kebudayaan (norma-norma dan nilai-nilai) kepada para aktor dan memungkinkan mereka menginternalisasinya". Hal inilah yang mendorong para pemuda untuk memberikan makna dan motivasi bagi tindakan sosialnya.

Dari deskripsi dan analisis tersebut, kita bisa mendapatkan gambaran mengenai bagaimana sistem itu bisa berjalan melalui komponen AGIL yang ditawarkan oleh Talcott Parsons. Dalam hal ini, aktor-aktor memang bersikap konformis terhadap sistem---bahkan menginternalisasi nilai dan norma yang diproduksi oleh sistem tersebut. Sistem mengarahkan perilaku dan tindakan sosial para aktor agar tetap sesuai dengan sistem dan demi tujuan-tujuan dari sistem itu sendiri. Sebagaimana dari kisah yang saya deskripsikan di atas, ekonomi yang tidak mencukupi untuk menghadapi persoalan bersama menuntut para pemuda untuk mengambil langkah yang tepat sebagai solusi permasalahan, yakni dengan mengadakan kegiatan jimpitan sebagai usaha penghimpunan dana sekaligus ronda malam sebagai kegiatan sosial rutin yang memperkuat ikatan sosial dan mengintegrasikan masyarakat. Dengan begitu, para aktor bisa memberikan kontribusinya bagi peran mereka masing-masing di dalam sistem sosial.

Referensi:

  • George Ritzer dan Jeffrey Stepnisky. 2019. Teori Sosiologi, edisi kesepuluh. Penerjemah: Rianayati Kusmini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  • Kurniawan, Kevin Nobel. 2020. Kisah Sosiologi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun