Nama Anggun Cipta Sasmi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu penyanyi internasional asal Indonesia yang berhasil meniti karier di kancah musik dunia. Namun, selain dikenal sebagai musisi, Anggun juga memiliki peran penting dalam dunia diplomasi internasional. Ia menjadi salah satu contoh nyata dari konsep celebrity diplomacy, yaitu keterlibatan figur publik dalam menyuarakan isu-isu global. Anggun mengambil peran ini melalui posisinya sebagai Duta Kehormatan atau Goodwill Ambassador untuk Food and Agriculture Organization (FAO), yaitu organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang ketahanan pangan dan pertanian.
Sebelum menjadi tokoh global seperti sekarang, perjalanan Anggun dimulai dari masa kecil yang sederhana di Jakarta. Ia lahir pada tanggal 29 April 1974 dari pasangan Darto Singo, seorang penulis dan pegiat budaya, dan Dien Herdina. Sejak kecil, Anggun sudah diperkenalkan pada dunia seni dan sastra. Ayahnya sering membacakan puisi dan mengenalkan berbagai jenis musik, baik tradisional maupun klasik. Dari lingkungan keluarga inilah muncul kecintaan Anggun terhadap dunia seni.
Pada usia tujuh tahun, Anggun mulai belajar vokal dan mencoba menulis lagu. Ia pertama kali tampil di atas panggung saat berusia sembilan tahun dengan menyanyikan lagu-lagu rock. Penampilannya yang penuh semangat serta suara khasnya membuat Anggun cepat dikenal di dunia musik Indonesia. Saat berusia dua belas tahun, ia sudah berhasil merilis album perdananya. Di akhir tahun 1980-an hingga awal 1990-an, Anggun dikenal sebagai salah satu penyanyi rock wanita paling berpengaruh di Indonesia.
Meskipun telah sukses di Indonesia, Anggun merasa masih memiliki mimpi yang lebih besar. Pada tahun 1994, ia memutuskan untuk pindah ke Eropa demi mengejar karier sebagai artis internasional. Ia menetap di Prancis dan mulai mempelajari bahasa serta budaya setempat. Anggun harus memulai segalanya dari nol, namun kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 1997, ia merilis album internasional pertamanya yang berjudul Snow on the Sahara. Album ini meraih kesuksesan besar di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia. Lagu-lagu Anggun yang ditulis dalam bahasa Inggris dan Prancis banyak mengangkat tema tentang kemanusiaan, cinta, dan kehidupan spiritual.
Kesuksesan Anggun di dunia musik internasional kemudian membuka jalan baginya untuk terlibat dalam isu-isu global. Ia tidak hanya dikenal sebagai penyanyi, tetapi juga mulai dikenal sebagai sosok yang aktif menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang kemudian membawanya masuk ke dalam dunia diplomasi publik, khususnya melalui peran sebagai celebrity diplomat.
Istilah celebrity diplomacy mengacu pada peran yang dimainkan oleh tokoh-tokoh terkenal seperti artis, atlet, atau musisi dalam menyuarakan isu-isu internasional. Mereka memanfaatkan ketenaran dan pengaruh mereka di media untuk mengangkat isu-isu yang penting namun sering kali tidak mendapatkan perhatian cukup dalam forum diplomatik resmi. Dengan jangkauan audiens yang luas, para selebritas ini bisa menjadi jembatan antara masyarakat umum dan isu-isu global.
Dalam kasus Anggun, ia bukan hanya dikenal sebagai artis, tetapi juga sebagai perempuan Asia, muslim, dan berasal dari negara berkembang. Identitas ini membuat pandangan dan pengalaman Anggun menjadi sangat relevan saat berbicara tentang masalah ketidakadilan global, kesenjangan sosial, dan tantangan pembangunan. Oleh karena itu, pada tahun 2009, FAO secara resmi mengangkat Anggun sebagai Duta Kehormatan mereka.
Sebagai Goodwill Ambassador FAO, Anggun berperan dalam menyampaikan pesan-pesan penting mengenai ketahanan pangan, perubahan iklim, serta pentingnya pertanian berkelanjutan. Ia sering hadir dalam forum-forum internasional, seperti peringatan Hari Pangan Sedunia dan berbagai pertemuan PBB. Dalam berbagai kesempatan, Anggun menekankan pentingnya akses pangan yang adil, perlindungan terhadap petani kecil, dan dampak perubahan iklim terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Yang membuat peran Anggun semakin istimewa adalah cara ia menyampaikan pesan. Ia tidak berbicara dengan gaya formal seperti diplomat pada umumnya, tetapi menggunakan pendekatan yang lebih emosional dan menyentuh, baik melalui musik, media sosial, maupun wawancara. Dengan gaya ini, pesannya lebih mudah diterima oleh masyarakat, terutama oleh generasi muda yang lebih aktif di media sosial.
Keterlibatan Anggun dalam diplomasi global juga memberikan dampak positif bagi citra Indonesia di mata dunia. Ia membantu menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang peduli terhadap isu-isu kemanusiaan dan lingkungan. Selain itu, keberhasilan Anggun menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia juga mampu berperan dalam percakapan global, baik melalui seni, budaya, maupun aksi sosial.