Mohon tunggu...
Rizal Yunus
Rizal Yunus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kepribadiannya seperti Harimau

Pengalaman, Gagasan, Tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebentar tapi Berkesan: Cinta Berujung Terpuruk

24 Maret 2021   00:00 Diperbarui: 24 Maret 2021   00:00 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Halo semua,. Bagaimana kabar kalian hari ini, semoga semua sehat wal-afiat dan senantiasa bahagia. Pada postingan hari ini, aku akan bercerita seputar percintaan. Sebenarnya nggak pantas karena dalam percintaan aku selalu gagal. Hahahaha. Kalau dihitung-hitung, sudah berapa hati yang merasa salah bersandar. Cukup menyedihkan memang. Tapi ya beginilah realitanya. Alasan utama mengapa aku sekarang mencoba hal baru seperti menulis artikel. Hal yang dulu sangat aku hindari sejak masuk perkuliahan pada pertengahan akhir 2017 lalu.

Jadi ceritanya aku langsung saja masuk ke awal tahun 2019. Hatiku yang saat itu sudah cukup lesu karena nggak ada penyemangat hati. Yah, saat itu merasa sepi karena apa-apa harus dikerjakan sendiri. Merasa sedih dan miris karena melihat banyak pasangan-pasangan memadu kasih kadang di depanku, kadang secara nggak sengaja. Yang pernah cukup bikin lebih miris adalah ketika aku ke bioskop sendirian, jadi ceritanya itu ada bangku berderet lima menyamping. Aku kebagian tempat duduk di tengah. Tapi dua bangku di kiri dan kanan adalah dua pasang, hahah cukup geli menceritakannya. Oke lanjut. Jadi saat itu aku sedang dekat dengan seseorang. Aku sudah lama suka wanita itu, mungkin sejak pandangan pertama. Tapi saat itu dia sudah punya pacar, akupun cukup cuek dengannya. Tapi sebenarnya perasaan yang nyata itu ada ketika kami dicomblangi oleh teman-temannya. Aku yang saat itu merasa kesepian saat KKL (read:semacam studi tour tapi di dunia perkuliahan). Kami berchat ria di ponsel. Aku suka ketawa kalau membaca chatnya, karena memang aku menyukainya. Nah singkat cerita aku mendengar voicenote dari temannya kalau dia menyukaiku. Aku malah jadi salting dan kebaperan.. hahahahahah (njir geli menceritakannya).

Akhirnya setelah KKL pun aku ketemu dengannya dan mengungkapkan isi hatiku padanya. Diapun terdiam dan juga sedikit mengungkapkan isi hatinya (tak perlu aku ceritakan karena lupa apa yang dikatakannya heheh). Nah masuk bulan puasa 2019, kami pun saling menyemangati saat sahur ataupun berbuka. Perasaanku tambah tumbuh karena merasa ada yang peduli denganku. Maklum saja karena sebelumnya aku selalu merasa sendirian. Ketika ada sosok teman wanita yang 'mendekat', akupun berlaku hangat. Kebetulan pada orang yang daria awl aku suka. Singkat cerita setelah itu kami tambah dekat dan kebetulan saat itu dekat dengan perkuliahan kerja nyata (KKN) aku ingin dekat dengannya, dan akhirnya kami KKN barengan. Aku berfikir dengan berbarengan bersama dia segala riuh bebanku akan merasa lebih ringan karena berfikir bahwa dengan bersamanya sama dengan berbagi cerita. Namun aku salah besar. Ini yang akan menjadi bahan ceritaku selanjutnya. Sekaligus aku merasa ini adalah awal kejatuhanku dalam jurang kesedihan yang membuatku terpuruk selama setahun dan mengantarkanku kepada laman ini untuk bercerita. 

Jadi waktu KKN saat itu, awalnya berjalan baik-baik aja. Sampai suatu ketika ada momentum dimana semua hal-hal baik yang kami lewati malah berbalik merenggang. Itu membuatku benar-benar kaget bukan kepalang. Semua fokus dan apa yang telah aku bangun rasanya runtuh saat itu juga. Bukan hanya saat itu doang, tapi juga seterusnya, setidaknya selama satu tahun berikutnya.

Setelah KKN selesai, aku makin jadi pendiam, menjadi cukup malas berinteraksi dengan orang lain.. ini gara-gara percintaan, iya paham kok, itu cerita paling bodoh dan memalukan hahahah. Jadi simak saja sampai selesai. Kebetulan waktu itu aku adalah seorang pimpinan dari sebuah organisasi besar di kampus tempatku kuliah, kebetulan 'dia' juga adalah rekan kerjaku di sana. Hubungan yang makin longgar akhirnya merambah ke hubungan kami di organisasi, aku mulai terpuruk. Diperparah lagi karena teman kerjaku yang lain tiba-tiba hilang dan tidak ada kabar sampai setahun lagi. Aku tambah kacau dan selalu murung. Bukannya mencari teman buat berbagi, malahan aku terus menjauh dari orang-orang. Akibatnya apa? Organisasi tempat aku mengatur semua ikutan kacau, kacau karena punya pimpinan yang mentalnya sudah kacau, bisa dibilang cukup terbengkalai karena ini. Ditambah parah lagi karena wabah ini membuat kami semua pengurus disini ga pernah bisa komunikasi dengan baik. Akhirnya ketika acara pergantian pengurus, kemudian aku selesai dan berorganisasi. Aku putuskan untuk mengurung diri dari dunia sosial, dari dunia mereka-mereka yang pernah bertemu dengan aku. Aku menutup diri dan fokus mengobati sakit hati yang aku derita selama setahun sebelumnya. Sebenarnya bukan pasal percintaan saja. hal-hal yang tak bisa aku ceritakan kepada teman-teman yang membuat aku makin menderita dan tak tahu bagaimana menyelesaikannya. Sampai ketika ketika aku bertemu kembali dengan rekan sekamar saat di asrama dulu, dia mengajak aku ketemu dengan teman-teman diskusinya, sesama aktivis mahasiswa untuk membahas persoalan sosial yang sedang hangat belakangan itu. Awalnya akusedikit canggung karena beberapa bulan terakhir tidak pernah bertemu orang-orang. Aku sedikit trauma kalau mau sosialisasi, tapi pelan-pelan aku sedikit menimpali obrolan mereka yang 'wah' dengan wawasan yang sejauh ini aku kuasai. Yah.. walaupun cukup tertutup, tapi kalau boleh bangga dengan diri sendiri, aku punya wawasan cukup luas, terkait masalah sosial, sejarah, pengetahuan-pengetahuan umum, perpetaan dan hal-hal lain yang selalu aku dapatkan saat mencoba menutup diri kemarin, dan akhirnya aku cukup bisa mengimbangi pengetahuan mereka, bahkan tidak jarang aku menyela ketika ada pendapat mereka pada suatu masalah yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sejauh pengetahuanku. Jadi bisa dikatakan aku tidak kagok-kagok amat disana. Sampai akhirnya aku cerita dengan si teman ini yang aku ceritakan diatas, aku sampaikan kalau aku keberatan bila berhubungan lagi dengan orang-orang yang sudah aku sebutkan diatas. Dia paham dan mengerti apa yang aku rasakan.

Aku terus belajar, beli buku bacaan, nonton bermacam film yang ada bobot pengetahuan entah itu tentang sejarah, fisika, astronomi, apapun itu, selagi bisa membuat haus pengetahuanku mereda, akan aku lakukan. Meskipun rasa sedih dan kangen seringkali menghantui. Tapi kehilangan itu terganti dengan pengetahuan baru yang selalu aku dapatkan. Selancar di internet menemukan aku untuk belajar mengikhlaskan. Bukan berharap. Karena aku sadar pada akhirnya. Kalau saling mencintai berujung saling menyakiti. Untuk apa? Lebih baik didoakan yang baik untuk yang bersangkutan dan semoga ketemu sosok yang pantas heheh...

Maka dari itu disini aku berpesan kepada sobat-sobat readers. Kalau sadar jatuh cinta akan membuat terpuruk, lepaskan. Mendoakan adalah wujud cinta tak terlihat, tapi hanya diri dan Yang Maha Mendengar yang mengetahui. Yakinlah kalau doa kalian akan didengar. Pengalamanku satu ini cukup buruk hingga membuat penurunan dari tiap aspek kerjaku, kepercayaan diri, rasa hormat, segala yang aku punya untuk bisa membuat orang lain yakin musnah gara-gara memperjuangkan cinta. Aku tidak bilang ini adalah kesalahan, tapi menyebutnya sebagai hukuman karena tanggung jawab yang besar tidak aku landasi dengan niat yang benar. Semoga berkenan ya sob.,. Sampai jumpa di postingan berikutnya

Regards: BeruangMerah99

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun