Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketenangan Hati Tiada Tanding

12 Agustus 2025   15:47 Diperbarui: 12 Agustus 2025   15:47 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketenangan Hati Tiada Tanding (sumber: @rimut.id)

Persahabatan di Balik Perbedaan Pangkat Militer

Di dunia militer, hierarki dan kepangkatan adalah hal yang sakral. Perbedaan pangkat sering menjadi pembatas dalam interaksi sehari-hari. Namun, pengalaman saya membuktikan bahwa di balik atribut dan tanda pangkat, ada ruang untuk hubungan yang lebih personal, bahkan persahabatan. Saya, Rizal Mutaqin, seorang perwira berpangkat Letnan Satu, memiliki kisah unik tentang persahabatan dengan seorang senior sekaligus bapak ideologis saya, beliau adalah Kolonel Bayu Kurnianto.

Secara kepangkatan, jarak kami terbilang cukup jauh. Namun hubungan kami tidak diukur dari perbedaan tanda pangkat di pundak, melainkan dari kesamaan pandangan hidup. Menariknya, meski kami cukup akrab, saya dan beliau baru dua kali bertemu tatap muka secara langsung. Pertemuan pertama terjadi di Puspen TNI, ketika saya berkunjung dan kebetulan Kapuspen TNI saat itu adalah bapak Mayjen TNI Dr. Nugraha Gumilar. Kalian pasti sudah paham bagaimana Tuhan merubah nasib saya melalui Pak Gumilar, atau yang biasa saya panggil Pak Gum.

Pertemuan kedua dengan Kolonel Bayu justru terjadi di tempat yang jauh dari kesan formal atau protokoler militer. Beliau menyempatkan diri datang ke warung sederhana milik saya di Cijantung, "Sego Goreng Suroboyo." Bagi saya, itu adalah sebuah kehormatan besar. Warung tersebut masih jauh dari kata layak untuk menyambut tamu yang saya hormati seperti beliau, apalagi seorang Kolonel aktif di TNI. Namun beliau datang tanpa sedikit pun menunjukkan gengsi atau jarak.

Momen di warung itu menjadi sangat berkesan. Kami berbincang layaknya dua sahabat lama, tanpa sekat, tanpa formalitas yang kaku. Tak ada rasa sungkan membicarakan banyak hal, mulai dari pengalaman dinas, pandangan hidup, hingga filosofi tentang arti ketenangan hati. Di situlah saya benar-benar merasa bahwa hubungan yang dibangun atas dasar kesamaan visi akan selalu terasa tulus dan alami.

Salah satu hal yang membuat kami begitu akrab adalah kesamaan prinsip. Kami sama-sama meyakini bahwa ketenangan hati adalah segalanya. Dalam pandangan Kolonel Bayu, ada sebuah kalimat yang menjadi prinsip hidupnya: "Ketenangan Hati Tiada Tanding." Kalimat ini bukan sekedar semboyan, melainkan pegangan hidup yang mempengaruhi cara kami bersikap, mengambil keputusan, dan memandang dunia.

Jakarta, tempat kami sama-sama berdinas, adalah kota yang penuh dengan dinamika. Hiruk pikuknya nyaris tak pernah berhenti. Lampu kota tetap menyala, kendaraan terus melintas, dan kesibukan seakan tidak pernah berakhir. Bagi sebagian orang, kondisi seperti ini dapat menjadi sumber stres yang menggerogoti ketenangan batin. Namun bagi kami, justru di tengah kebisingan itulah seni menjaga hati benar-benar diuji.

Ketenangan hati yang kami maksud bukanlah sekedar suasana sunyi tanpa gangguan. Lebih dari itu, ini adalah kemampuan untuk tetap stabil secara emosional, meski dunia di luar sedang berguncang. Sebagai prajurit, kami sering dihadapkan pada situasi yang penuh tekanan, baik dalam tugas maupun kehidupan pribadi. Di titik inilah filosofi "Ketenangan Hati Tiada Tanding" menjadi bekal yang sangat berharga.

Bagi saya, pertemuan dengan Kolonel Bayu adalah pengingat bahwa nilai-nilai yang sama bisa menyatukan dua orang dari latar belakang, pangkat, bahkan usia yang berbeda. Hubungan ini juga menjadi bukti bahwa dalam militer, persahabatan tidak selalu lahir dari intensitas pertemuan, melainkan dari kedalaman makna yang dibangun bersama.

Filosofi yang kami pegang juga mengajarkan bahwa keberhasilan sejati tidak diukur dari seberapa tinggi pangkat atau jabatan yang kita raih, melainkan dari seberapa damai hati kita saat menjalaninya. Pangkat bisa berubah, jabatan bisa berganti, tetapi ketenangan hati adalah harta yang tak ternilai dan tidak bisa diberikan oleh siapapun selain diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun