Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sego Goreng dan Detektif dari Negeri Sakura

4 Mei 2025   12:41 Diperbarui: 4 Mei 2025   12:41 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Conan (sumber: @segogorengsuroboyo)

Warung Sego Goreng Suroboyo di Jl. Pendidikan 1, Cijantung, Jakarta Timur, tampak seperti biasa malam itu. Asap mengepul dari wajan besar, aroma bawang putih goreng dan saos tomat merah merayap ke seluruh penjuru jalan. Di sudut warung, dua lelaki muda, Irwan dan Raden, duduk santai sambil menikmati sepiring sego goreng abang yang sudah menjadi menu wajib mereka setiap malam.

Irwan menyendok nasi gorengnya sambil menghembuskan napas lega. "Bro, gua udah coba sego goreng di Blok M, di Kelapa Gading, bahkan di Kota Tua. Tapi ya tetep, yang asli rasa Suroboyo cuma di sini," katanya sambil menunjuk ke arah dapur kecil tempat si penjual, Cak Ri, sedang membalik nasi di atas bara.

Raden mengangguk setuju. "Iya, nggak tahu kenapa. Makan di sini tuh rasanya kayak pulang ke kampung halaman. Kayak duduk di emperan rumah nenek sambil nonton TVRI malam-malam," ujarnya sambil tersenyum kecil, matanya menerawang jauh seolah mencium bau laut Kenjeran.

Malam itu, sambil menunggu pesanan kedua mereka datang, Irwan tiba-tiba nyeletuk, "Bayangin deh, kalau Conan Edogawa makan di sini. Dia pasti langsung bisa tahu siapa yang nyolong saos di dapur belakang." Raden tertawa keras, nyaris menyemburkan es teh dari mulutnya.

"Wah, iya! Terus dia bakal bilang: 'Ada satu hal yang tidak kalian perhatikan...' sambil nunjuk ke bekas saos di lantai," timpal Raden. Keduanya tertawa lepas, mengundang pandangan heran dari pasangan muda yang duduk di sebelah.

"Dan jangan lupa, begitu pelaku ketahuan, langsung pingsan di sebelah kompor. Kayak di episode-episode awal Conan," sambung Irwan. Imajinasi mereka terus mengalir, seolah warung itu kini berubah jadi TKP kasus pembunuhan misterius.

Cak Ri yang sejak tadi menguping, hanya terkekeh. "Kalian ini, tiap malam datang, bukan buat makan doang ya, tapi buat ngayal juga. Tapi ya syukurlah, warung saya bisa jadi tempat 'pulang' meski cuma dari perut dan kenangan."

Tiba-tiba motor berhenti di depan warung. Seorang anak kecil berjaket biru turun dengan langkah tenang, rambut hitamnya tertata rapi. Ia menoleh ke dalam dan berkata, "Apa di sini benar ada sego goreng terenak di Jakarta?" Irwan dan Raden sontak menoleh, menahan tawa.

"Conan?" bisik Irwan dengan ekspresi pura-pura kaget. "Gawat, Rad. Mungkin dia lagi nyelidiki siapa yang tiap malam ngabisin telur dua butir di sini." Dan sekali lagi, tawa pun pecah, menghangatkan malam yang dingin di Jl. Pendidikan 1 itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun